Pemanjat TOWER

Bekerja sebagai transmitter engineer, maka mau tidak mau, suka tidak suka, suatu saat harus menjat tower juga, lumayanlah 112 meter ketinggiannya, nggak tinggi-tinggi amat dibanding tower TV yang ada di Jakarta yang bisa nyampai 200-400 meter.

 

Diatas Tower

Diatas Tower

 

 

Pada dasarnya saya dari kecil, sejak SD suka memanjat. Ada pohon sawo yang cukup tinggi di samping rumah, dan biasanya saya memanjatnya untuk mencari buah sawo yang matang, kadang juga hanya iseng saja, Pernah saat baru bisa membaca, saya naik ke pohon sawo sambil membaca buku keras-keras, hanya untuk pamer kalau sudah bisa baca buku.

 

Saya sebenarnya bukan pemanjat yang berani, kalau tidak merasa save, saya tidak berani manjat, manjat pohon kelapa, nyerah deh, karena pohon kelapa tidak ada ranting-ranting yang bisa untuk pegangan, beda dengan pohon sawo yang banyak rantingnya sehingga nyaman untuk pegangan.

 

Begitupun manjat tower, saya berani manjat karena memang merasa aman karena lewat tangga dan tangganya ada penahan di bagian belakang, jadi perasaan tidak takut jatuh kebelakang karena ada penahannya. Kalau naik tower lewat besi towernya saya enggak mau, mungkin kalau pakai sabuk pengaman sih masih bisa dipaksakan. Tapi Ngeri. Tetapi teman saya ada yang berani. Kalau saya terus terang enggak mau.

 

Setting splitter antenna

Setting splitter antenna

 

 

Naik tower itu harus fit benar badannya, karena memang berat, dan angin diatas tower itu kencang lhoh tiupannya, jadi sebaiknya memakai sweater atau jaket, akan lebih enak bawa bekal aqua dan makanan kecil, jadi nanti saat istirahat di atas tower bisa memulihkan energi. Sudah lama saya tidak manjat tower, tapi seingat saya untuk sampai di puncak 112 meter, paling tidak butuh 30 menit. Jadi PP bisa satu jam. Memang saya manjatnya, alon-alon waton klakon.

 

 

No Responses Yet

  1. bos wis iso aku tak coba2

  2. maaf bos, br border 1,

Leave a Reply

%d bloggers like this: