Hidup berumah tangga, apalagi di kampung, khususnya di kawasan pedesaan di wilayah pinggiran jogja (luar kota joga) sebagaimana saya tinggal saat ini. Maka KONDANGAN adalah sebuah adat yang mau tidak mau harus dijalani oleh orang yang sudah berumah tangga.
Kondangan adalah nyumbang pada hajatan, bisa hajatan Kawinan, Hajatan Khitanan anak, Kelahiran anak, bahkan kematian.
Orang jawa dalam hajatan pernikahan mempunyai perhitungan-perhitungan untuk menentukan hari baik, sehingga pada bulan yang dianggab baik tersebut, banyak sekali orang yang punya hajat menikah, atau menikahkan anaknya. Baik dari sisi yang punya hajat, tetapi bisa jadi tidak baik bagi “penggembira” karena bisa terjadi dalam sehari nyumbang di tiga atau bahkan bisa 5 tempat sekaligus, efeknya adalah keuangan yang menipis, dan begitu melimpahnya nasi hasil dari nyumbang tadi, karena setiap nyumbang pasti diberi “kembalian” berupa nasi atau roti.

Nasi hasil nyumbang
Untuk nyumbang sendiri, standar yang saya ketahui saat ini adalah berkisar Rp. 30.000,- itu untuk nyumbang yang umum, sedangkan jika yang punya hajat masih famili, maka minimal bisa Rp. 50.000,- sampai beberapa ratus ribu.

Kue hasil kondangan /nyumbang
Pada bulan baik, sehingga banyak orang menikah, bisa 30 sampai 40 sumbangan dalam sebulan, sehingga total kira-kira harus menyadiakan uang 30 X Rp. 30.000,- yah mendekati 1 juta.
Apa sih isi nasi kembalian dari sumbangan. Sekarang ini sih rata-rata isinya adalah Ayam goreng, Bakmi, Telor ayam rebus, Sayur krecek pedes, dan kerupuk udang tiga lembar. Kadang kala ada tambahan Tempe, Cap Cay, dan acar.
Kadang susah juga kalau mendapat kiriman nasi kondangan misal 4 besek sekaligus, kebayang kan gimana mau memakannya, akhirnya saya distribusikan ke saudara yang sekiranya banyak anggaota keluarganya, sehingga bisa habis dimakan.
Karena nasi kembalian ini biasanya memakai ayam pedaging, maka saya tidak memakannya, saya memang berusaha untuk tidak lagi makan ayam pedaging [kalau ayam kampung mau], ngeri karena kemarin sempat baca-baca di internet tentang kandungan zat-zat pada ayam pedaging.
Begitulah budaya NYUMBANG di wilayah saya saat ini, hal ini saya tulis, karena sangat mungkin sekali untuk 5 atau sepuluh tahun mendatang, budaya ini akan mengalami pergeseran, yah paling tidak pada nasi atau roti kembaliannya.
Nyumbang, sebuah budaya yang kadang memberatkan, berat bagi rumah tangga yang hidupnya pas-pasan.
Like this:
Like Loading...
Filed under: Keluarga | Leave a comment »
You must be logged in to post a comment.