Seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya, bahwa di Jogja saat ini ada kurang lebih 6 tv lokal yang ingin mengudara, dan berebut kanal 44, satu-satunya kanal yang masih tersisa di area Jogja Solo.
Biasanya pemilik modal yang pebisnis tulen, ingin sesegera mungkin tv lokal miliknya segera on-air, tetapi tidak paham seluk beluk teknologi dan peraturannya, pemilik modal tentu mempunyai partner atau konsultan tentang hal ini, dan semoga saja konsultannya bertindak benar. Lhoh memang bisa bertindak salah? Bisa banget!
Penjelasannya adalah sebagai berikut (ah anggap saja saya konsultan gratisan); satu kanal tersisa yaitu kanal 44 rasa-rasanya tidak bakal ada yang bisa memenangkannya, akan ada saja yang tidak terima dan saling menjegal, yakin. Jadi mau tidak mau sekarang ini tv lokal yang memang serius mau mengudara, alangkah baiknya jika memperkuat dahulu pondasinya, antara lain dengan membuat studio yang standar, mempunyai crew minimalis tetapi yang bila saatnya bisa siaran, maka sudah siap mengudara. Dan menurut analisis saya, mau tidak mau tv lokal hanya punya 1 pilihan, yaitu mendorong dipercepatnya siaran digital. Pilihan ini adalah yang paling masuk akal.
Ada beberapa alternatif dan peluang yang bisa segera dilakukan, pertama berhubung TVRI saat ini sedang akan membangun pemancar di Patuk, maka akan tepat jika TV lokal bermesra-mesraan dengan TVRI, dengan meminta TVRI untuk planning dual mode siaran sekaligus, yaitu siaran analog dan digital. Yang digital nantinya berarti TVRI ditambah 5 tv lokal, tv lokal akan irit investasi karena tidak perlu membuat gedung dan tower dan pekerja operator transmisi, semuanya jadi satu di gedung dan tower TVRI berikut operatornya sekalian. Tetapi memang masalah lain timbul, yaitu pesawat televisi yang ada sekarang tidak bisa menerima siaran digital, nah justru inilah tangannya, menurut saya memang harus berani ada dan siaran dahulu, Insya Allah nanti roda bisnis akan mengikuti, artinya akan ada sajalah pabrik pembuat SET TOP BOX yang membuat dan menjualnya, dan kalau permintaannya banyak tentu harganya akan murah. Dengan mengambil langkah ini berarti 5 tv lokal hanya perlu patungan membeli mesin pemancar digital yang kekuatannya 10KW saja, ini sudah mencukupi untuk mengcover area Jogja Solo dan sekitarnya. Untuk menghubungkan dari studio yang tentunya ada di kota Jogja dengan pemancar di Patuk tentu memakai Microwave. Ini alternatif pertama, inipun kalau TVRI mau diajak kerjasama, nah kalau tidak mau bagaimana?
Alternatif kedua, membuat konsorsium tv digital jogja (KTDJ), yang beranggotakan 6 tv lokal. Kalau ini rasanya malah lebih mudah. Hanya kesulitannya adalah harus mempunyai gedung dan tower di Patuk, atau bisa saja menyewa di salah satu TV yang ada. Ingat saat ini ada 11 tower tv di Patuk, padahal saat digital nanti hanya akan terpakai 6 tower saja. Jadi untuk pemilik tv lokal janganlah membeli tanah dan bermimpi memiliki gedung dan tower sendiri, sungguh investasi yang gegabah menurut saya. Akan mudah jika KTDJ ini adalah JogjaTV dan 5 tv lokal lainnya, karena JogjaTV sudah punya tower dan gedung, andaikan gedungnya kurang, masih bisa bangun gedung baru, sebab tanahnya masih memungkinkan untuk membangun gedung baru.
Begitulah kenyataan dan alternatif pemecahan yang harus dihadapi oleh tv lokal di Jogja, biar lebih jelasnya peta penyiaran televisi digital besok seperti apa, marilah kita raba-raba kemungkinannya.
Jika mengamati perkembangan KTDI (konsorsium tv digital indonesia) www.ktdi.tv, yang beranggotakan 6 TV yaitu; Antv, tvOne, TransTV, Trans7, SCTV dan MetroTV yang saat ini sudah melakukan siaran percobaan pemancar digital teresterial di ANTV di Joglo, Jakarta Barat, maka kemungkinan besar KTDI nantinya juga akan segera menggarap kota-kota lain diluar Jakarta, utamanya kota besar yang terpantau AC Nielsen.
Sehingga nantinya jatah 6 kanal per area untuk penyiaran TV digital sudah kelihatan peta kepemilikannya.
Kanal 1 = KTDI (sudah full 6 tv)
Kanal 2 = TVRI (jelas TVRI punya jatah 1 kanal, masih ada 5 lowongan yang mau gabung)
Kanal 3 = MNC (RCTI, TPI, GLOBALTV, dan TV lokal milik MNC Grup)
Kanal 4 = Kemungkinan Indosiar (karena tinggal Indosiar yang sendirian, sehingga ada 5 lowongan juga untuk tv lain yang mau bergabung)
Kanal 5 = Anggap saja JogjaTV dan RBtv (sehingga masih ada 4 lowongan)
Kanal 6 = Menganggur (untuk 6 tv)
Jadi sebenarnya ada banyak pilihan bagi tv lokal jogja, piliha pertama seperti diatas tadi, yaitu dengan TVRI. Pilihan kedua kalau TVRI menolak bisa dengan Indosiar, maka pilihan gabung dengan indosiar adalah pilihan yang menguntungkan, karena tower Indosiar tinggi juga, 100 meteran lah. Gabung dengan JogjaTV dan RBtv, sehingga masih ada lowongan 4 tv lokal bergabung di grup ini. Dan terakhir memang bikin KTDJ seperti diatas, dengan kanal nomer 6 yang masih free.
Kadang saya sendiri berpikir, apa iya nantinya akan ada 36 tv yang mengudara di jogja? Sekarang yang sudah siaran jelas ada 10 tv jakarta, 2 tv lokal, dan 1 TVRI, ada 13 tv sehingga masih tersedia lowongan 36-13 = 23 tv lagi.
Ada baiknya parpol-parpol besar atau yang merasa dirinya besar mulai berpikir memiliki tv sendiri, tuh masih ada 23 jatah nganggur saat penyiaran digital nantinya.
Filed under: Televisi
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.