pengalaman riding dengan Pulsar UG4 “black coyote”

Saya bukan expert di bidang roda dua, jadi nulis pengalaman naik Pulsar UG4 ini sepengetahuan saya saja, tentu saja saya compare dengan tunggangan saya yang terdahulu, yaitu si Rizma 125. Memang beda kelas beda kelamin, tapi kenyataannya itulah dua kendaraan yang telah saya kendarai.

Sebelumnya saya paparkan riding saya sehari-hari, yaitu yang utama adalah untuk ke tempat kerja yang naik gunung dan berkelok menanjak berjarak 40KM sekali jalan atau 80 KM kalau pulang pergi. Keperluan kedua adalah mengantar dan menjemput anak saya ke sekolah. Keperluan ketiga adalah membawa semua anggota keluarga dalam satu motor.

Saya mulai dari si Rizma, yaitu motor Honda Karisma 125 CC, motor ini punya kelebihan body yang panjang, bagasi yang super besar, tapi punya kelemahan body-body plastiknya pada lepas atau pecah plastiknya di bagian sekrup sehingga body tidak kuat terpasang, bahkan bisa dikatakan body asal nempel, sehingga suaranya berisik saat melibas jalanan yang tidak rata.

Sejujurnya karisma ini enak untuk membawa saya, istri dan dua anak saya, memang sudah saya modif, yaitu di bagian depan saya beri semacam tempat duduk dan besi untuk menempatkan kaki, sehingga anak saya bisa duduk dengan nyaman, saya sendiri duduk normal di depan, dibelakang saya bisa memboncengkan satu anak saya, dan istri saya. Dibagian belakang jok, diatas pegangan saya beri busa, sehingga istri jika mentok sampai belakang tidak sakit duduknya, tenaga karisma yang 125 cc memang mumpuni untuk mengangkut 4 orang sekaligus, 2 dewasa dan 2 anak-anak. Kelebihan dari karisma adalah bagasinya yang luas, kalau tidak salah muat 5 liter, paling tidak mantrol hujan, jaket, bahkan sepatu, dll bisa masuk dengan aman. Kelemahan terbesar karisma adalah saat untuk perjalanan jauh, memang hasilnya pinggang pegal-pegal, mungkin ini bukan hanya karisma, tapi mayoritas semua motor underbone. Enaknya motor bebek adalah bisa ditambah pegangan di sayapnya untuk mencantelkan barang bawaan seperti tak kresek belanjaan dll.

Sekarang giliran Pulsar Ug4. Saya baru memakainya 3 hari mulai tanggal 28 Januari 2010, sehingga wajar bila belum bisa menilai secar lebih lengkap.

Berikut perbandingannya :

1. Ternyata walaupun motor laki gagah dan besar, tapi tidak nyaman jika untuk membawa 4 orang sekaligus, ini karena posisi tangki yang tidak bisa dinaiki, bisa sih tapi eman-eman. (- untuk pulsar)

2. Cantelan untuk bawa-bawa sesuatu di motor laki ternyata tidak ada, dan rasanya memang tidak pantas, tapi kalau pas bawa belanjaan atau lainnya jadi susah tidak ada tenpat untuk mencantelkan. Anak saya selalu saya pakaikan helem, nah saat pakai karisma tinggal cantelkan saja saat saya bawa pulang atau saat menjemputnya, beda saat saya antar pakai pulsar, karena tidak ada cantelan dan belum bisa beli box belakang, maka saya terpaksa bawa tas punggung yang khusus  hanya untuk membawa helem anak-anak saya, susah ya (- untuk pulsar)

3. Bagasi. Yah motor laki tidak ada bagasinya, sehingga untuk membawa mantrol hujan saja susah. Biasanya kalau saya ngantor, saya bawa bekal makanan ini itu, tinggal masukkan ke bagasi karisma, kalau pulsar memang tidak ada bagasi, harus beli box sendiri (- untuk pulsar)

4. Goncangan saat mengendarai karisma memang lama-lama membuat punggung dan pinggang sakit, terutama saat perjalanan jauh ke tempat kerja, biasanya saat sampai rumah, pasti pinggang saya sakit. Nah saat kemarin pake pulsar pertama kali ke tempat kerja, pulangnya pinggang nyaman-nyaman saja, tapi gantian leher agak sakit, ini karena belum biasa saja dengan posisi riding pulsar yang agak menunduk. Biasanya saat pakai karisma, saya harus pilih-pilih jalan yang paling halus, nah sekarang saat pakai pulsar, ibaratnya semua jalan sikat saja, bahkan hambatan gelombang yang ada di perlintasan KA saja nyaman dilewati (+ untuk pulsar)

5. Kapasitas tangki pulsar yang sangat besar, yaitu 18 liter, lipat empat kalinya karisma, sehingga tidak perlu sering-sering isi bensin, biasanya saat pakai karisma, saya minimal 2 hari sekali ngisi Rp. 10.000,- ini standarnya sudha dipakai untuk ke kantor PP, dan bonus anter jemput anak. (+ untuk pulsar).

6. Konsumsi BBM, saya memang belum mengukur untuk pulsar, tapi berdasar yang saya baca ada di kisaran 45-50 km/liter, karisma saya rasanya juga hanya dikisaran angka tersebut. (point ini imbang)

7. Komunitas/klub. Nah ini yang saya suka dari pulsar, komunitasnya saya anggap solid sekali, bahkan di jalan jika papasan antar pulsar dapat dipastikan saling toet-toet dengan klakson. Wajar memang untuk komunitas yang minoritas, jadi punya rasa senasib yang kuat. Klub karisma di jogja ada gak ya? kayaknya tidak ada. Kalo klub pulsar jelas ada, dan saya memang berniat bergabung di klub. Saat saya menulis ini, klub pulsar jogja sedang touring ke Baturaden untuk mengangkat anggota baru, kemarin saya diajak Bro Giring, ketua PRA Jogja, tapi pulsar saya masih baru, belum ada STNKnya, dan lagi pula saya tidak bisa cuti mendadak untuk ikutan touring. (+ untuk pulsar)

8. Tinggi motor, sebenarnya karisma dalam kelas bebek juga termasuk tinggi, sehingga untuk kaum wanita yang tingginya kurang, harus jinjit untuk membawa karisma. Nah kalo pulsar, bukan tinggi lagi, tapi tinggi sekali, saya yang tingginya 175 cc saja, pas-pasan banget saat harus berhenti dan menjaga agar pulsar tidak jatuh. Tapi menurut saya mah si pulsar pas untuk orang setinggi saya, dan sungguh tidak rekomended jika kurang dari 170 cm tingginya. Karena si pulsar ini beratnya minta ampun, walaupun saya sekarang sudah terbiasa dengan berat si pulsar. (selera)

Ok begitulah yang saya rasakan yang bisa saya nilai dan perbandingkan.

Intinya saya beli pulsar memang kegunaan utama untuk transportasi ke tempat kerja yang jauh dan naik gunung, sehingga saya memerlukan motor yang nyaman, kuat, dan bertenaga. Saya tidak terlalu suka ngebut. Jadi faktor ini saya abaikan, walaupun mungkin kalau mau si pulsar bisa untuk ngebut juga.

Nanti akan saya tambah jika saya sudah memakai pulsar lebih lama 🙂

UPDATE 03 februari 2010

Sengaja istri saya tidak saya tanya enak gak bonceng pulsar, dan kemarin dia bilang sendiri ‘PENAK TENAN MAS MBONCENG PULSAR, WETENGKU ORA BONGKO” artinya naik pulsar nyaman dan enak, perut tidak sakit.

Karena dulu saat bonceng karisma pasti saat terguncang-guncang jalan yang tidak mulus membuat perut jadi sakit.

No Responses Yet

  1. berangkat matrix…. ngeng… pertamax

  2. Haduuu…
    Kalah cepat…
    Padahal temenq sdh lumayan sepat….

    Hebat tuh motornya, meski speedometerx
    nggak se-akurat yang dulu. Bdw, warna rpm
    jadi putih ya mas…nggak hitam kayak yg dulu?

  3. mantabs bro…jangan lupa dirawat yak pulsarnya.. 😀

    • Thank You bro, baru belajar di beberapa site khususnya prides-online, juga tulisan bro benny tak ikuti sarannya kemarin 300KM tak ganti olie sendiri pakai pertaminah enduro racing 4T. Tulisan Bro Benny tentang setang UG4 yang model jepit ada benarnya juga, lama2 pegel juga nih, harus nyari produk untukganti setang model P200 kayaknya.

  4. nice info 😀
    berarti bener kata temen2 saya, pulsar itu berat, spt kebanyakan motor kawasaki jg spt itu

    • Sebenarnya kalau sudah biasa juga tidak masalah kok, tapi bawaannya pingin santer terus :-). Kalau mau standar tegak sebenarnya juga enteng kalau ngerti caranya, yaitu standar yang kita injak, tangan kiri megang setang kiri, tangan kanan sedikit membantu mengankat pada behel belakang, langsung ngangkat deh.
      Berat Pulsar akan bermasalah bagi yang kakinya enggak sampai ke tanah alias jinjit, kalau kedua kaki bisa menapak sih enak saja, kan seimbang.

  5. Wah, nganyari ki,
    lha testimoni dari istri, anak pertama, anak kedua bagaimana

    btw hati2 kalo jalan malam
    http://maskurmambangblog.wordpress.com/2010/02/02/buta-sesaat-salah-satu-bahaya-perjalanan-malam/

    • istri sengaja tidak saya tanya, dan dia keluar sendiri pengakuan bahwa enak banget bonceng bajaj (iyalah dibanding bonceng karisma), tapi memang enak bener kok naik bajaj, enggak terasa walapun jalan jelek.

  6. mas hadi, berapa lama STNK-nya jadi? koq bajaj gitu ya kalo buat STNK, katanya nyampe sebulan lo. kalo mas hadi gimana?

    • biasanya sebulan lebih, ini karena Pulsar itu motornya CBU dari india alias dibikin utuh di india trus di export ke Jogja, jadi itu yang bikin lama proses STNKnya.

  7. […] rasa penasaran saya tentang Black Coyote. Selengkapnya tentang Black Coyote, bisa dibaca di sini, pengalaman riding, konsumsi BBM, inreyen Pulsar, dan Pulsar UG4 dengan Box Kappa, semuanya ada di blognya Bro […]

  8. pertamax,,,,kang,,,,

  9. ngetest mas…

Leave a Reply

%d bloggers like this: