Wisata dadakan ke GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN bersama KOBOYS

Saya kerja di dekat Gunung Nglanggeran sejak akhir 2001, tapi baru kemarin tanggal 29 Mei 2010 saya akhirnya naik gunung yang tiap kali saya kerja pasti saya melihatnya dari kantor saya. Lucunya wisata naik ke Gunung Nglanggeran kemarin, sama sekali tidak direncana sebelumnya. Berawal dari mantenan ke Gedangsari tempatnya bro Jomlo Ati, lalu setelah dipikir-pikir kalau mau wisata ke Pantai kok adoh banget. Kebetulan bro Alrozi mau jualan dompet ikan parinya di Nglanggeran, maka seketika ada ide dari bro Sudaryanto Adp (sang penunggu gunung) untuk sekalian saja kita serombongan pesiar kesana. Jadi kami dari Sambipitu ambil ke arah Gunung Nglanggeran, rute ini melewati pula desa kerajinan topeng BOBUNG.

menantang adrenalin

Continue reading

koboi jogja-jateng ke nikahan bro Jomlo Ati

Tanggal 29 mei 2010 adalah hari pernikahan bro Jomlo Ati, salah satu sahabat di indomotoblog dan Koboi. Jauh-jauh hari kita sudah saling kontak untuk persiapan kado yang akan diberikan ke bro JA, juga persiapan riding ke Gedangsari yang medannya lumayan berat, maksud saya berat untuk motor matic, tidak untuk motor UG4 saya :-).

Dhuwur, Mig, Blackcoyete & Skyriders

Tongsam dan tiga orang pengikutnya ha ha ha ha

Kira-kira jam 07:30 bro Tongsam sudah rawuh di rumah saya, saat itu saya lagi nyuci Black Coyote biar kinyis-kinyis saat dibawa riding ke Gedangsari nanti. Rencananya memang bro Tongsam nanti yang jadi rider BC saya, sekalian test ride sungguhan naik turun gunung dan bukit. Kira-kira jam 8:30 bro Mig, Dhuwur dan Skyrider telepon saya, katanya sudah sampai Bangjo Pasar Godean, dan minta navigasi ke saya arah ke rumah saya, bagusnya bro Tongsam malah bersedia menjemput di Pasar Menulis, yaitu 3 KM arah selatan dari pasar Godean.

Sebelum berangkat dari rumah saya, kami tak lupa foto-foto dulu.

Jam 8:45 kami berangkat, saya bonceng bro Tongsam, dan Bro mig dengan MX nya, Skyrider dengan Mio nya (piye iki?), dan Dhuwur dengan HSX 125. Dalam perjalanan, saya belokkan ke Warung Soto Pak Slamet, yang ada di dekat palang pintu kereta api sebelum Patukan. Kita sarapan dulu, karena perjalan jauh, dan belum tentu nanti jam 12 kita dapet suguhan makan di acara resepsi, kan bisa kelaparan. Yang nteponsori adalah bro Tongsam.

Soto Ayam pak Slamet

Iki asline wong jawa tengah kabeh

Jam 9:15 wib kita cabut dari Warung Soto Pak Slamet, langsung menuju ke cek point pertamax di Pertigaan Piyungan, kita riding lewat ringroad selatan dilanjut ambil ke jurusan Wiyoro sampai ke Baturetno, lalu tembus ke Jalan Wonosari lagi. Jam 10:00 tepat kita sampai di cek point pertamax, disini sudah menunggu, bang One08, alrozi, supraxx, dan lekdjie dab. Kita menunggu beberapa saat bro adicuzzy beserta UGnya dari solo.

ritual naik gunung dimulai

supraxx, direwangi adoh-adoh dari solo. Salut dan Jempol bro.

cukup 36 kpj, alon-alon waton klakon, batin bro Tongsam

SkyRider Mio & Coolrider akur, padahal stiker coolrider bikin panas ati

hari gini oper GIGI, capek dwehhhhh

Setelah bro adicuzzy datang, kita lanjooot naik gunung menuju cekpoint keduax yaitu Sambipitu, di sini bro Sudar sudah menunggu dengan varionya. Singkat cerita kita langsung ke rumah bro JA, berhubung musim hujan, jalanan ke rumah bro JA yang jalanan kampung dikeraskan dengan cor semen ternyata sulit juga ditempuh, apalagi saat hampir sampai di rumah tempat resepsi, ternyata jalannya tidak dikeraskan, padahal tanah liat yang basah, jadilah motor kami ngluku dan selip-selip saja, bahkan saya terpaksa turun dari BC, biar bro Tongsam tidak jatuh 🙁

Coolrider terobsesi ngluku di sawah

Jam 11:11 kami sampai di rumah sis Ja untuk resepsi, acara sudah dimulai, dan kami persiapan dulu sebentar untuk memberikan kado dua buah celengan berbentuk kura-kura, satu celengan kosong, satunya celengan berisi sekedar tanda persahabatan kami kepada bro JA dan sis JA atas pernikahannya.

kado celengan kura kura ninja

para penggemar celengan

JOMBLO ATI, Done!

proud to you by………

yang mempersatukan kita…….. thank mas Taufik.

nanggap wayang, trus nanggap nonbar motoGP layar lebar

semoga mencerahkan bro supraxx 🙂

Sebelum pulang kami foto-foto dulu, lucunya bukan kita yang ngerjain fotografernya, tapi ini malah tukang fotonya yang ngerjain kita, kita difoto berkali-kali dengan berbagai gaya 🙂     (nunggu kiriman fotonya dari bro JA)

Akhirnya kita pamit pulang juga, untung hujan tidak turun. Di jalan kami papasan dengan bro Dipo dan UGnya yang datang terlambat, tapi salut untuk bro Dipo. Kita rombongan utaman terus saja, lalu berhenti di pertigaan entah di daerah mana, yang jelas ada pangkalan ojeknya, kita parkir motor disitu dan menunggu bro Kilai Biru juga bro Dipo.

Jam 14:05 kita sholat lohor di masjid dekat kita berhenti, lucunya kita wudhu pakai air hujan, air di masjid saat itu habis, inilah GunungKidul, air begitu berharga, dan disaat kita butuh air untuk berwudhu, untunglah Allah maha pemurah dengan menurunkan hujan.

Setelah Bro Kilau Biru pulang dari rumah resepsi bro Ja dan sampai di tempat kira menunggu, kita langsung tancap gas menuju ke Gunung Nglanggeran, wisata gunung api purba. Akan saya tulis tersendiri wisat di Gunung Ngalanggeran ini.

jam digital di setang black coyote

Insya Allah saya termasuk orang yang selalu tepat waktu, tapi anehnya saya tidak suka memakai jam tangan, dulu pernah sih punya jam tangan tapi kayaknya hanya untuk gagah-gagahan saja, padahal jam tanganya tidak gagah sama sekali. Sejak punya HP tahun 1999 saya hanya mengandalkan penunjuk waktu dari jam yang ada di HP.

ergonomis dan ekonomis

jam digital untuk mobil

Tapi inilah susahnya jika mengandalkan jam di HP, saat naik motor saya harus liat-liat hp pas ketika berhenti di lampu traffic light merah. Tidak praktis juga. Akhirnya saya lihat-lihat dan nyari-nyari di internet tentang jam yang ditaruh di motor, dan ternyata memang ada jam khusus untuk mobil, berbentuk kotak sebesar korek api, dengan format digital yang layarnya jelas sekali saat dilihat. Saya akhirnya beli di toko jam seharga Rp. 14.500,- kok mahal ya???? sebab menurut tetanggaku yang ternyata juga sudah memasang di motornya, kalau di pasar Godean pas pon-ponan ada yang jual sekitar Rp. 10ribu.

Dudukan jam digital

Dudukan dilihat dari atas

Jam ini memang didesain untuk ditempelkan di mobil atau motor, sehingga ada selotip perekatnya di bawah, sayangnya kurang begitu kuat jika ditaruh di motor yang lumayan keras goncangannya. Kalau ditaruh di dashboard mobil mungkin aman. Akhirnya saya coba taruh di atas panel spedometer, di bawah windshield, biar kalau hujan aman, tapi ternyata disitu getarannya tinggi banget, sampai keluar suara bergetarnya. Lalu saya taruh di setang, nah diposisi ini aman dari getaran, tapi resiko bisa kena hujan, tapi itu bisa diatasi dengan mencopotnya kalau pas mau hujan, saat di parkiran juga bisa dicopot kalu takut diembat maling. Untuk memperkuat agar tidak mudah copot, dudukan jam saya lem dengan lem tembak, nah sekarang jadi lebih yakin sekarang nempel dengan kuat.

bongkar dah

cerai berai

Ceritanya kemarin 27 Mei 2010 saya nganter istri ke JEC jam 14:05 terjadi hujan lebat yang mendadak di utara KEBUN BINATANG GEMBIRALOKA, wah saya lupa nyopot jam digital saya, sampai di JEC baru ingat, tapi sudah terlanjur rusak, jam kemasukan air dan layarnya jadi tidak kelihatan.

Jam saya bongkar dan saya jemur di terik matahari, lalu saya pasang lagi, tapi tetap saja tidak bisa pulih seperti sedia kala. Mungkin sudah nasibku harus beli jam digital lagi.

Pesiar murah meriah di Stasiun KA Rewulu

Kebetulan saya pas OFF alias tidak kerja, dan saya ingin mengajak anak-anak saya plesiran ke Stasiun Kereta Api Rewulu, sebuah stasiun kereta api yang dekat dengan rumah saya, paling sekitar 4 KM, perjalanan 5 menit dari rumah. Sejak siang anak-anak saya sudah saya beritahu, dan betapa senang mereka “hanya” dengan diajak ke Stasiun KA. Bagaimanapun sejak mereka kecil saya sudah sering mengajak mereka lihat lihat stasiun KA ini dan kadang naik Lokomotif yang sedang berhenti, jadi memory mereka tentang stasiun ini sungguh tersimpan dengan baik.

Sudah mandi sore, siap berangkat ke Stasiun KA Rewulu

Sampai di Stasiun KA Rewulu

jadul : 11 Februari 2006 di tempat yang sama

Stasiun Rewulu, Bantul, Jogjakarta

Stasiun ini dulu kala jaman ayah saya masih sekolah memang aktif, tapi sekarang tidak lagi, hanya sebagai tempat langsir Gerbong BBM dari Pertamina Rewulu, memang letak stasiun ini di utara dari Pertamina Rewulu yang letaknya kurang lebih di Jalan Wates Km 9, ada diutara jalan.

Terlihat gerbong tangki pertamina berderet saking banyaknya

sekitar jam 16:15 saya berangkat, dan sampai di Stasiun KA ternyata tempat yang dulu sering kami pakai untuk melihat sudah ditutup pagar tinggi, sehingga sekarang pada bergeser ke sebelah barat stasiun yang tanahnya lapang, rupanya sudah banyak keluarga-keluarga muda yang mengajak anaknya pesiar juga di stasiun, biasanya mereka sambil “ndulang” atau memberi maem pada anaknya. Kalau sore memang suasana ramai karena ada pedangan Sate Ayam, Warung Angkringan dan Warung Mie Ayam, ada juga semacam kereta api mini untuk anak-anak yang ditarik pakai motor, dan muter2 disekitar dusun dekat  Stasiun KA.

narzis

Pengunjungnya banyak juga

Black Coyote UG4 jadi bau sate ayam nih

Ada yang tahu artinya????

Sepur lewat terus pulang

Setelah ada kereta lewat, saya dan anak-anak saya terus pulang karena hari sudah sore. Sungguh pengalaman menyenangkan bisa main dengan anak anak saya, dan saya yakin sampai mereka dewasapun nanti akan ingat moment ini, paling tidak mereka besok bisa baca di blog ini kan.

pemilukada di Sleman

Hari ini tanggal 23 Mei 2010 adalah hari pencoblosan di Kabupaten Sleman, Bantul dan GunungKidul. Memang bener-bener dicoblos, tadi saya nyoblos pakai paku besar, dibawahnya dilapisi gabus, mantaf nyoblosnya, aku nyoblos pecinya, sampai bersuara blus paku kena gabus.

Kertas Suara diberikan dalam keadaan terbuka

Coblosan sampai jam 13:00, dan saya berangkat nyoblos sama istri kira-kira jam 11 siang, dan suasana TPS lumayan sepi saya hanya antri sekitar 5 menit sudah selesai. Saya sendiri dari awal sudah punya jagoan yang akan saya coblos, jadi saya tidak perduli dengan jago-jago yang lain, bahkan baru tadi saya tahu nomer urut dari jago yang saya coblos, karena biasanya walaupun di jalan ada poster dan segala macamnya, saya cuekin saja tidak saya masukkan ke memori otak, menuh-menuhin memori saja.

Tampaknya pemilukada di Sleman ini memang berlangsung aman tenteram tanpa gejolak yang nampak dipermukaan, entah yang tidak tampak saya tidak tahu dan tidak perduli.

antriannya sedikit

Yang menang sepertinya Sri Purnomo, incumbent wakil bupati sleman, kalau dibaca polling di Harian KR jogja, yang menang poling untuk Sleman adalah Sri Purnomo, Bantul adalah Ibu Idham, GunungKidul adalah Sutrisno.

Selamat bagi pemenang, anda adalah pemimpin rakyat, bukan peminpin sebagian rakyat apalagi pemimpin bagi keluarga anda sendiri.

susahnya nyari kaca helm model flip up

saya lupa sudah berapa lama saya memiliki helm model flip up ini, atau helem yang cakil bawahnya bisa dibuka keatas. Karena kacanya model pelangi sudah baret-baret, maka saya ingin menggantinya dengan kaca yang bening sekalian, sebab pengalaman saya dengan kaca pelangi ini kalau sore atau malam hari, saya tidak berani menutup kaca, takut pendangan terdegradasi dan bisa-bisa papasan dengan pengendara mobil atau motor tidak kelihatan, dan mungkin yang paling saya takutkan adalah jika ada orang nyebrang atau sepeda nyebrang, pasti tidak begitu kelihatan.

Kaca sudah tak ganti bening

kaca sudah tak ganti bening

Telah lama saya mencari-cari kaca untuk pengganti, tapi tidak ada yang cocok, semuanya kependekan. Akhirnya tadi saya nekat beli juga kaca bening merek VOG seharga 30 ribu (mahal gak ya)??? memang bahanya terkesan elastis, jadi tidak gampang pecah kayaknya.

lapisan plastik tak pasang lagi untuk dipotret, tadi kelupaan

Berhubung kacanya memang tidak pas ukurannya alias cupet, maka saya akali kaca saya tempel ke bagian cakil bawah yang bisa dinaik turunkan, caranya dengan saya lem menggunakan LEM TEMBAK, lem model kayak solder dan lemnya berbentuk seperti lilin, yang masuk dari belakang lalu dipanaskan pada alat lem tembak, nah tinggal tembak sesuka hati mana yang akn di lem.

pistol lem tembak

Akhirnya helm saya kesampaian juga memakai kaca bening, semoga tidak sumuk alias tidak panas karena kacanya tidak bisa dinaikkan, bisa naik tapi bersama dengan cakilnya.

Kaca lama dipasang diatas untuk asesoris saja.

Dengan kaca bening ini, saya yakin saat riding sore menjelang magrib akan aman dari gangguan “samber mripat” alias hewan-hewan kecil yang beterbangan saat maghrib. Juga saat malam saya yakin akan lebih enak, karena biasanya denga kaca helem yang lama yang model pelangi, kaca selalu saya buka, sehingga sampai di rumah mata jadi sakit terkena debu dll.

Budaya berhenti di palang pintu kereta api

Kebetulan daerahku dilintasi jalur kereta api sehingga hampir tiap hari saya melewati rel KA. Jadi sering juga terpaksa mengalah kepada kereta api biar lewat duluan.

Yang membuat saya prihatin adalah budaya dan tingkah laku yang memprihatinkan dari banyak orang yang dengan santainya memenuhi semua badan jalan didepan palang pintu kereta api di saat keretanya mau lewat, seperti tidak peduli bahwa dari arah depan juga ada motor dan mobil dan berhenti juga, dan sama saja yang dari depan juga memenuhi semua badan jalan, bukan separo badan jalan seperti yang seharusnya.

ngebak-ngebakki dalan

Mereka yang menuh-menuhi badan jalan yaitu di kanan jalan biasanya bersiasat bahwa palang pintu yang naik duluan adalah yang kanan dulu, sehingga mereka lebih dulu bisa “LOLOS” ke depan, tapi berhubung yang dari arah sebaliknya juga seperti itu, maka tidak bisa dihindarkan hanya satu dua saja motor yang “sukses” melaju duluan, sisanya jadi macet, padahal biasanya palang pintu kereta api entah kenapa dibuat sempit banget, hanya pas untuk papasan dua mobil, dan dikiri kanan biasanya diberi pagar dari bekas besi rel yang kokoh.

Satu motor melanggar

dua motor melanggar

empat motor melanggar

enam motor melanggar

apik tenan??????????????????????

Begitulah wajah bangsa ini, yang tidak malu untuk melanggar rambu-rambu yang sudah dibuat untuk kenyamanan bersama. Saya pribadi karena pakai pulsar, biasanya saya berhenti di tempat yang seharusnya, tapi yang paling kanan, atau berhenti di tengah, nah saat palang pintu KA sudah dinaikkan, saya cuek tetep riding di tengah sesuai jalur saya, tidak peduli sama motor-motor di kanan saya yang melanggar batas marka jalan, biar mereka terpepet arus dari arah sebaliknya, dan akhirnya mereka mundur sendiri.

nemu SAFETY SHOES lama, cocok untuk nyemplak PULSAR

Saat ini saya begitu peduli dengan perlengkapan keselamatan saat naik Black Coyote Pulsar UG4 saya, tiap kali naik pulsar saya usahakan pakai kaos tangan dan pakai sepatu, kalau cuma riding dekat-dekat saja seperti nganter anak istri, maka saya memakai sepatu yang mudah dipakai dan dilepas, nah giliran mau ke kantor yang jaraknya 40Km dengan kondisi naik turun gunung, maka saya awalnya juga memakai sepatu yang sama, tapi dalam angan saya sudah mau nyari dan beli sepatu yang baru, lalu saya juga sambil lirak-lirik dan baca ini itu di forum pulsar, sempat mau beli sepatu turing, tapi kemarin saat ketemu blog bro benny, malah saya baca pada pakai SAFETY SHOES yang harganya kisaran 250-300ribu. Kata bro benny, safety shoes malah lebih aman dari pada sepatu turing,

tampak atas

Saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu pernah bongkar-bongkar gudang nyari sepatu lama saya model boot tingginya diatas mata kaki pas, saya yakin itu jenis SAFETY SHOES, karena pada bagian depan ada lapisan metalnya, sehingga keras dan kayaknya kalau tahan terhadap benda berat, bahkan dilapisan alasnya ada tulisan OIL RESISTANT. Akhirnya kemarin saya coba memakai sepatu lama saya ini ke kantor dengan naik pulsar, sebelumnya saya coba dulu dengan keliling dusun saya, untuk meyakinkan enak tidaknya, memang perlu adaptasi sedikit, dan solusinya pada bagian atas talinya dibikin agak kendor, sehingga tidak terlalu menggigit kaki.

OIL resistant

tampak samping

Sejarahnya sepatu ini sudah sangat lama saya miliki, yaitu saat saya gondrong metal dulu, kemungkinan kisaran tahun 1993, jadi umur sepatu ini sudah ada 17 tahunan di rumah saya. Saat itu saya rambut gondrong, badan kurus kering, memakai celana selutut, pakai kaos hitam, atau pakai baju fanel, dengan sepatu boot seperti itu, kayaknya dulu niru personilnya SEPULTURA yang gaya pakaianya seperti itu :-). Tapi sepatu ini beratnya minta ampun dibanding sepatu kebanyakan, pernah saya dengan pedenya naik gunung merbabu pakai sepatu ini, ya akhirnya saya copot, saya ganti dengan srandal jepit.

jaman masih gondrong, sepatunya kelihatan cuilik

Sepatu ini sekarang kondisinya memang memprihatinkan, tapi untungnya kaitan dan lubang talinya dibuat dari semacam tembaga atau kuningan, sehingga tidak karatan dan rusak. Secara fisik sepatu ini masih kokoh dan kuat hanya tampilan luarnya agak kumuh, jadi kepikiran untuk beli kulit IKAN PARI dari bro ALROZI terus ditempelin pakai lem ke sepatu boot, pasti jadi ciamik, ada texturenya tenol-tenol asli ikan pari. Hemm pasti jadi eklusif banget.

kaitan tali sepatu dari kuningan

dimakan rengat/coro ya?

Pengalaman riding dengan sepatu ini ke kantor, awalnya memang harus adaptasi, tapi lama-lama enak juga, ada rasa lebih aman dihati, juga kelihatan lebih gagah cocok dengan tongkrongan pulsar yang tinggi besar karena sepatu saya besar juga ukurannya yaitu 42. Nyongkel-nyongkel tuas presnelen jadi enteng, tidak membuat kaki sakit, kalau pakai sepatu yang tipis masih terasa agak sakit di kaki, walaupun sebenarnya persneleng pulsar itu enteng diungkat ungkit, tapi dengan jarak 40KM berapa kali saya ungkat-ungkit ganti gigi? jadi lama-lama terasa sakit juga kan!

sepatuku vs sepatu istri :-)

Jadi bagi anda pengguna pulsar yang newbie, ada baiknya mending beli SAFETY SHOES yang harganya kisaran 300 ribu dari pada beli sepatu turing, kecuali anda punya uang lebih untuk beli keduanya 🙂 banyak merek kok, silahkan googling saja dengan kata kunci “safety shoes”

TEST RIDE Bajaj Pulsar 135 LS di Dealer Bajaj Jogja

Hari ini saya pulang dari kantor jam 8:36 pagi, rencana langsung mau mampir ATM untuk bayar tagihan matrix dan telkomselflash, dilanjut mau ke Dealer Bajaj ambil Jaket yang setelah lebih dari 4 bulan beli belum juga dapet juga jaketnya. huffff.

Sampai di ATM, lho kok dompetku gak ada, ingat diingat saya pikir ketinggalan di kantor karena dompet saya taruh di tas, jadi gak mungkin jatuh di jalan, langung telpon OB di kantor, dan Alhamdulillah dompet memang ketinggalan di kantor, terpaksa saya balik lagi ke kantor, padahal perjalanan dari kantor ke ATM mandiri di dekat Tugu Jogja, makan 40 menitan. huffff lagi.

Akhirnya saya sampai juga ke Dealer Bajaj di jalan Magelang, setelah tadi sempat balik lagi ke kantor ambil dompet, eh baliknya dari ambil dompet, di sebelah Timur pabrik SUSU SGM Muja-Muju banyak polisi yang mau mengadakan razia.

Saya langsung ketemu Kepala Dealer Bajaj Jogja, dan mendapat jawaban bahwa jaket belum datang, hufff lageeeeeee.

Test Ride BOSS

Akhirnya malah omong sana-sini, dan saya tanya mana Pulsar 135LS nya? wow jebul sudah nongkrong di depan saya, warna merah, dengan slebor belakang dicopot, karena untuk test ride ini masih yang model slebor belakang asli INDIHE. Tapi lucunya ada yang indent 135LS tapi malah minta yang slebor asli seperti dari India, sudah lunas malah bayarnya, tapi motornya belum juga ada, satu-satunya ya yang untuk test ride ini.

trondol

OK saya mulai saja, posisi riding hampie sama dengan Pulsar UG4 saya, karena 135LS ini juga mengaplikasikan setang jepit, jadi agak menunduk, bedanya sudut belok si 135LS lebih lebar dibanding Pulsar UG4 saya, sebenarnya gak begitu pengaruh sih, saat riding, untuk belok kan tinggal miringkan badan saja.

setang Jepit, dan tampak model spion yang meruncing

Yang menarik hati saya adalah spionnya yang kayaknya lebih keren ketimbang bawaan Pulsar UG4 saya 🙂 pingiiiiinnnn.

Nah kedua adalah ketinggian motor, menurut saya motor ini termasuk tinggi juga, meskipun agak lebih pendek dibanding Pulsar UG4 saya, mungkin setara tiger atau megapro tingginya. Jadi tetap saja gagah tongkrongannya.

tongkrongannya

Untuk berat kendaraan, berhubung diberi embel-embel LS, light sport, maka jelas si 123LS ini ringan dibanding Pulsar UG4 saya.

Saya hanya mencoba riding di halaman Dealer bajaj, sekilas tenaganya mantaf. Mungkin nanti saya akan coba test ride lebih lama jika pas saya servis Pulsar UG4 saya.

Jangan lupa shock belakang juga model ada tabung gas nitrox (nitrogen), enjutan jadi emput menul-menul, enggak bikin pinggang gegar otak, alias pegel-pegel.

Yang bentuknya lucu adalah lampu sein yang meruncing, lucu saja melihatnya.

Sein meruncing

Tentang mesin karena saya babar blas tidak ngerti permesinan, maka saya tidak bisa memberikan komentar. Monggo dilihat sendiri saja tampilan mesinnya.

Mesin 135 CC, DTS-i, dua busi, 4 katup. Sangar! Gak ada spek sejenis didunia.

Kesimpulan saya :

Memang sesuai namanya LS, generasi pulsar ini saya kira memang enak diajak riding di perkotaan yang stop and go, juga akan lincah menerjang kemacetan. Untuk pangsa pasar saya kira anak SMA sederajat cocok banget pakai motor ini, ketimbang beli bebek lah, atau ketimbang beli Pulsar 180 atau 200 yang beratnya minta ampun untuk bapak-bapak yang model saya yang rasanya sudah tinggi besar begini. Karena bentuk bagus, bobot ringan, harga setara bebek, bahkan lebih murah, yaitu 15,1 juta bisa digondol pulang.  OK saat nya BEBEKER MENJADI BIKER :-).

ultah kedua si putih

Tanggal 6 Mei 2010 adalah pas dua tahun usia si Putih, yatu laptop saya BYON, laptop merek lokal yang dari awal saya beli saya sudah yakin akan kualitasnya.

Si Putih nangkrig di Hargodumilah

Dalam usia 2 tahun ini, hampir tidak ada masalah sama sekali pada hardwarenya, kalau software sih lumayan pernah diacak-acak sama virus, tapi begitu install ulang yo beres.

Si Putih di Bukit Bintang

Saya hampir tidak pernah memakai laptop saya di luar rumah dan kantor saya, sehingga jarang sekali tahu baterainya masih tahan berapa menit, atau jam. Dirumah dan di kantor, laptop langsung saya tancepin ke PLN, sehingga baterainya saya anggap saja hanya sebagai UPS, penolong dikala PNL mati mendadak, sehingga laptop tetap bisa hidup.

Kebiasaan saya memakai laptop bisa dari jam 18 sampai jam 3 pagi jadi kira-kira 9 jam tanpa henti, karena jika di kantor saya pakai untuk ngetik ini dan itu berhubung saya mendapat tugas spesifik sebagai Administrasi kantor, ngurusi Jadwal, merapikan arsip metering pemancar, ngirim email, ngecek email, dan lain-lain.

Si putih dalam gendongan Kappa42

Dulu sebelum saya punya bajaj pulsar UG4, laptop selalu saya bawa dengan backpacker, hingga kadang-kadang punggung saya sakit juga saat sampai dirumah lagi, karena beratnya hampir 3 KG kalau tidak salah. Tapi itu dulu, sekarang si Putih bisa nyaman di Box Kappa 42 yang memang pas banget muat laptop 14 inchi ini. Tentu saja dibawah box saya lapisi busa, dan si Putih masih saya bungkus lagi dengan busa setebal 1,5 cm. Sehingga saya yakin banget si Putih aman terkendali dari goncangan, sebab asal tahu saja, saat pakai Pulsar, polisi tidur dan rambu benjolan yang biasanya ada sebelum masuk di pintu perlintasan kereta api itu bisa digasak dengan mudah dan nyaman, tidak perlu lorot gas.

Nah kalau saya lihat sampai umur 2 tahun ini saja si Putih masih sangat bisa diandalkan, maka saya pikir sampai umur 4 tahun atau lebih pun aku kira nanti akan bisa bertahan, asal saya tidak jeleh. Tapi rasanya tidak ada alasan untuk jeleh, sebab saya hanya memakai laptop untuk menulis dan untuk internetan. Dan laptop ini sudah lebih dari cukup.

Dulu saat saya beli harganya adalah 6 juta pas. Jika dalam usia dua tahun ini misal saya jual, mungkin harganya hanya 1 jutaan, jadi anggap saja saya selama dua tahun ini membuang uang 5 juta untuk semua kenikmatan punya laptop ini, artinya 5 juta dibagi 24 bulan, sehingga sebulan saya kira-kira menghabiskan uang 208.400 rupiah. Dan nanti makin lama saya pakai, makin kecil pula nilai penggunaan saya perbulannya.

Sebenarnya saya masih punya juga PC di rumah, tapi sudah rusak, nanti akan saya perbaiki lagi biar bisa dipakai anak-anak saya.

Laptop pertamaku

%d bloggers like this: