sulitnya cari jalan tidak beraspal mulus di Bantul, tapi ada kok, cocok untuk off road motor

Screenshot_2013-10-22-15-20-22

Screenshot_2013-10-22-15-20-38

Screenshot_2013-10-22-15-20-47

Memang kalau saya amati selama ini, jalanan di kabupaten bantul itu mulus diaspal semua, bahkan sampai ke pelosok kampung, tapi secara tidak sengaja saya menemukan jalanan di kabupaten Bantul, yang ukurannya sih muat kendaraan roda empat, tapi aspalnya rusak, dan selebihnya jalan cor semen dua jalur kiri kanan, lalu menyempit lagi menjadi hanya jalur cor semen satu jalur. Jalur ini adalah jalur by pass bagi saya untuk naik ke pemancar saya, tempat kerja saya, yaitu di Ngoro-Oro, ini adalah juga jalur ke wisata Gunung Api Purba Nlanggeran.

Jalan ini bermula sebelum tikungan BOKONG SEMAR, nanti ambil kiri. Tikungan BOKONG SEMAR ini adalah tikungan pada jalan Wonosari ruas Piyungan sampai Patuk, selepas bangjo piyungan akan melewati jembatan, lalu naik terus, dan nanti akan melewati jembatan lagi, nah bokong semar naik lagi kisaran  300 meter, kalau ikut jalan besar bokong semar maka akan naik dan belok kanan, untuk menuju jalan by pass ini maka sebelum bokong semar mlipir kiri untuk masuk jalan dusun.

Pada foto diatas adala hasil track saya menggunakan aplikasi android MY TRACKS, didapat peta perjalanan yang meman relatif lurus dari Piyungan-Bokong Semar-Pemancar saya di Ngoro-Oro. Jaraknya adalah 5,17 KM, dengan waktu tempuh kisaran 13 menit. Ingat lho karena jalanan tidak aspal mulus semua, saya cuma santai santai jalan 20-30 kpj saja.

Screenshot_2013-10-22-15-21-56 Screenshot_2013-10-22-15-22-02

Screenshot_2013-10-22-15-22-11

Sedangkan ketiga foto diatas adalah jika saya menempuh dari Piyungan-Bokong Semar-Patuk-Kantor di  Ngoro-Oro, jalannya memang tidak efektif karena berbentuk huruf z begitu, dan total jaraknya adalah 9,64 KM, dengan waktu tempuh kisaran 15 Km, itu dengan kecepatan 40-60kpj karena jalannya mulus aspal hotmix terus.

Selisihnya dengan by pass tadi kisaran 4 KM, banyak juga ya. Coba kalau jalan by pass Bokong Semar- Ngoro Oro tersebut mulus, pasti lebih cepat waktu tempuhnya.

Screenshot_2013-10-22-15-23-41

Screenshot_2013-10-22-15-24-09

Screenshot_2013-10-22-15-24-20

Sedangkan ketiga foto diatas ini adalah rute dari Perempatan Munggur menuju ke Petir lalu naik menuju Ngoro-Oro, karena nantinya jalan yang dari Bokong Semar, akan bertemu dengan jalan ini kira kira 1,5 km sebelum Ngoro Oro. Kalau ditambah jarak Piyungan ke perempatan Munggur, saya kira ada 1,5 KM, jadi 5,6 Km ditambah 1,5 KM kurang lebih 7 KM jarak dari Piyungan ke Perempatan Munggur, lalu naik ke Ngoro oro.

Sehingga tetap saja jalur by pass yang Piyungan-Bokong Semar-Ngoro oro adalah rute paling pendek.

IMG_20131022_093712

inilah yang dinamakan tikungan BOKONG SEMAR, kalau terus naik dan belok kanan maka itulah BOKONG SEMAR, kalau mau ke by pass maka ambil yang jalur kecil kiri, terlihat tulisan jurusan ke Petir.

IMG_20131022_093738

Nanti didepan sana ambil kanan, karena yang kiri adalah menuju kuburan.

IMG_20131022_093748

Nah ini yang lurus sampai kuburan, maka ambil yan kanan.

IMG_20131022_093757

Jalan disini masih lebar dan aspalnya masih lengkap dan lumayan mulus. Itu didepan terlihat ada pertigaan, maka ambil yang lurus, kalau ambil kiri maka akan sampai ke PETIR.

IMG_20131022_093835

Lanjut, dan jalanan masih aspal lebar, walau mulai terlihat kerusakan kecil disana sini. Jalanan ini masih bisa dilalui oleh truk, karena saya pernah papasan truk disini.
IMG_20131022_093912

Lalu jalan mulai menanjak meskipun tidak ektrim, biasa saja. Masuk gigi dua biar aman.
IMG_20131022_093953

Nah mulai disini jalanan aspal mulai terlihat rusak parah, mulai deh lintasan akan makin off road.

IMG_20131022_094012

IMG_20131022_094029

IMG_20131022_094042

IMG_20131022_094145

Jalan aspal sudah habis, disambung jalan cor semen dua lajur kiri kanan, meskipun juga kurang mulus.

IMG_20131022_094201

IMG_20131022_094230

IMG_20131022_094305

Dikiri kana memang mayoritas pohon SONOKELING, jadi kayak hutan rakyat gitu. Tadi saya lewat sini hanya papasan sekali saja dengan motor penduduk. Jadi kalau malam hari tidak saya sarnkan lewat sini.

IMG_20131022_094310

IMG_20131022_094315

IMG_20131022_094352

IMG_20131022_094423

IMG_20131022_094430

IMG_20131022_094439

Jalanan mulai cuma satu lajur saja yang mulus, dan kayaknya sampai disini truk sudah tidak muat lagi jika lewat.

IMG_20131022_094449

IMG_20131022_094457

IMG_20131022_094509

IMG_20131022_094529

IMG_20131022_094545

IMG_20131022_094605

IMG_20131022_094645

IMG_20131022_094734

IMG_20131022_094739

Akhirnya jalan ini ketemu dengan jalan yang PEREMPATAN MUNGGUR – NGORO ORO, dan tinggal belok kanan naik menuju NGORO ORO. Enaknya lewat jalan ini maka saya tidak pusing dengan truk truk besar, bis, dan motor yang padat dan saling berlomba naik turun dari dan ke Bokong Semar – Patuk, saya bisa menikmati perjalanan saya yang pelan karena kondisi jalan yang mayoritas agak off road, dan bisa menyapa penduduk kulo nuwun, dan mereka juga menjawab dengan senyum tulus. Andai jalan ini oleh pemkab bantul dibikin mulus, tentunya disamping menyenangkan bagi warga bantul di sekitaran jalan ini, juga membantu saya dan mungkin juga wisatawan bermotor yang mau ke Gunung Purba Nglanggeran, dan embung Nglanggeran, sip dah pokokknya. Semoga kelak dimuluskan dan dilebarkan pada bagian yang sempit. Amin.

ngetes si betty naik gunungkidul

Sebenarnya hari ini saya mau pakai honda revo milik mertua, sebab Pulsar saya saat tadi pagi saya cek olie mesinya berada dibawah level yang bawah. Sebenarnya hal yang wajar dan biasa olie mesin pulsar berkurang saat sudah km 700-1000 dipakai, dan biasanya langsung saja tambah. Tapi berhubung ini baru sekitar 500km dan saya tidak punya olie cadangan untuk menambah, maka saya kandangkan saja Black Coyote saya, dan pinjem revo mertua.

Saat mau berangkat, ternyata istri saya sudah pulang bawa si betty, kontan saja saya minta tukaran, sekalian saya mau test si betty kalau untuk riding naik gunungkidul bagaimana rasa dan sensasinya.

Si Betty ini menurut saya, sadelnya tebal sehingga empuk dan nyaman, tidak saya rasakan pantat panas dan rasa gak nyaman saat naik betty. Saat melibat jalan agak jelek memang goncangan agak terasa, tetapi masih lebih enak goncangan betty dari pada honda revo mertua saya.

Saya tadi lupa menyalakan My Track android saya, maka saya menyalakannya saat sudah di ringroad barat, di depan UMY. dan hasilnya kecepatan maksimal yang tercatat GPS android saya adalah 70,56kpj, padahal saya ykin tadi sempat lama juga sebelum masuk Piyungan saya riding 80 kpj saya baca di speedo betty, ini berarti ada pengurangan sekitar 10 kpj dari aslinya.

Saat kena angin tentu saja dengan betty yang mungil dan badan saya yang lumayang tinggi, membuat tidak aero dinamis, sehingga goyang-goyang saat angin kencang.

Untuk melibas tanjakan Piyungan-Patuk saya bisa riding 50-60 kpj di speedo betty saat jalanan agak sepi, tapi sempat juga tersendat karena ada truk yang pelan, dan terbukti si betty tidak masalah meskipun pelan-pelan di tanjakan. Sebagai gambaran elevasi terendah adalah 100 dpl di rumah saya dan tertinggi adalah 414 dpl di pemancar saya. Terlihat di grafik My Track di Piyungan ketinggian sekitar 100 dpl juga, jadi si betty naik gunung sekitar 312 meter, tanpa masalah.

Konsumsi bensin saat tadi berangkat di kisaran setrip ketiga, dan saat sampai di kantor sekitar 1,5 setrip, jadi habis 1,5 setrip di petunjuk bensin si betty, dan saya kira lebih dari seliter. kalau pulsar saya yang 180 CC saja bisa tembus 40km/liter, untuk naik turun gunung, si Betty untuk naik gunung sepertinya lebih boros. Coba besok saat turun gunung apakah ada kompensasi lebih irit atau tidak.

Jadi kesimpulan nyobain betty untuk naik gunung, sebenarnya tidak masalah, tapi masalah buat saya yang biasa pakai motor yang berat dan anteng. Bensin juga malah lebih boros dikit, meskipun saya belum test bensin secara akurat. Kelebihannya adalah tinggal puntir dan lepas gas saja.

 

%d bloggers like this: