Tahun ajaran baru besok, anak pertama saya lulus dari TK dan akan masuk SD. Bukan rahasia lagi bahwa untuk SD yang kategori favorit, ada test khusus mengenai kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Yang menjadi pertanyaan besar saya adalah, apakah memang ada peraturan seperti ini, apakah bukan saat di SD anak baru belajar membaca, menulis dan berhitung?
Untunglah istri tercinta seorang guru, jadinya anak saya sudah sejak umur 4 tahunan sudah lancar membaca (entah ini menyalahi psikologi anak atau tidak), pertama-tama memang saya belikan CD metode membaca lewat lagu, jadi setiap huruf dilagukan, dan kebetulan anak pertama saya juga seneng nyanyi, jadilah dia hapal huruf-huruf dengan cepat, dan segera bisa membaca. Sekarang ini kemampuan membaca anak saya boleh dikata sudah sempurna, bahkan running text di tv yang kecil dan berjalanpun anak saya sudah bisa membacanya. Mungkin ini bukan hal yang hebat, mungkin banyak anank-anak seusia anak saya ini di jaman sekarang ini yang memang sudah mampu membaca menulis dan berhitung sebelum masuk SD. Enak dong guru SDnya……….
Ada beberapa alternatif SD untuk anak saya.
SD favorit semisal SD Muhammadiyah Sapen, SD Muhammadiyah Condong Catur, SD Al Azhar. Tetapi karena jarak tempuh dari rumah saya lumayan jauh, maka pilihan tersebut saya kesampingkan. Karena paling tidak untuk perjalanan bisa makan waktu 45 menit di kondisi pagi hari yang macet, belum lagi cuaca yang kadang dingin atau hujan tentu tidak baik bagi anak saya. Maklum (belum) enggak punya mobil.
SD Inpres deket rumah. Bukannya meremehkan tetapi rasanya eman-eman kalau anak saya disekolahkan disini. Secara iklim persaingan belajar agak kurang sengit, sehingga saya kawatir anak saya malah terbawa kurang baik nantinya dalam belajar. Alternatif ini juga saya kesampingkan. Sebenarnya ini hanya analisa ngawur saja, karena buktinya adik saya yang dokter dulu lulusan SD ini.
Terakhir yang paling masuk akal adalah sebuah SD Negeri di kecamatan Godean (saya sendiri tinggal di kecamatan Moyudan), SD ini “katanya” orang -orang termasuk SD unggulan, jaraknya juga hanya 4 km dari rumah, paling 10 menit naik motor, dan kebetulan SD ini cuma 300san meter dari TK ABA anak saya sekarang. Tetapi memang agak berat persaingan masuk SD ini, hanya menerima dua kelas, 80 siswa, jadi 40 siswa per kelas. Mungkin yang 1 kelas untuk anak-anak lokal yang tinggal di sekitar SD, yang satunya lagi yang diperebutkan untuk anak-anak diluar wilayah SD tersebut, sehingga praktis tinggal 40an kursi yang diperebutkan untuak calon siswa yang bukan asli lokal sekitar SD.
Filed under: Keluarga
to mas hadiyanta…..
anak bisa membaca , berhitung, dll…itu karna anaknya sudah mampu & ke tekunan ortu mengajarinya bukan karna faktor ortu nya yg guru…toh banyak ortunya yg guru tp anaknya gak bisa diharapkan. Kesuksesan anak tergantung dr bagaimana ortu membentuknya. Ortu adalah guru yg utama & pertama buat anak.
Soal sekolah fav or not, depend on anaknya aja. Gak perlu memaksakan anak untuk masuk ke sekolah yg ortunya inginkan. Tp sbg ortu, memang kita harus memberikan pertimbangan.
Yang penting, bagaimana anaknya bisa menjadi siswa yg berprestasi & bs dibanggakan ortunya.
Sekolah hanya fasilitator aja, yg belajar tetap anaknya.