Lihatlah orang dari koran yang dibaca, atau TV yang dilihatnya

Panjang banget judulnya.

Saya tinggal di Jogja, ada tiga koran lokal:

KEDAULATAN RAKYAT saya baca sekilas judul-judulnya, dan baca beberapa saja yang memang menarik perhatian saya. Selebihnya hanya iklannya yang rasanya penting untuk dibaca, ya iklan yang beneran iklan, atau iklan yang ditampilkan seperti berita. Kebetulan keluarga saya langganan, ibu saya yang dibaca pertama adalah CERITA BERSAMBUNG.

HARJO, harian jogja. ini koran baru yang saya baca, kalau tidak salah mulai terbit 20 MEI 2008 yang lalu, saya senang lay outnya dan tentunya harganya yang cuma Rp. 1.000,00. Saya suka membaca berita seputar seluler yang ada halaman khususnya.

BERNAS, hampir tidak pernah baca apalagi beli.

KOMPAS dulu sering beli saat ada kompas sore yang harganya cuma Rp. 1.000,00 Tetapi entah sekarang kok tidak ada lagi.

Kalau TV saya sukanya ya tvOne dan MetroTV. Nonton TV lainnya kalau ada film bagus saja.

Kalau ngenet, seringnya buka detik, forumponsel dan siemensxp.

Anda suka koran, tv, dan situs apa? Monggo dinilai sendiri.

Menikahlah maka kau akan gemuk

Ini pengalaman pribadi saya, dulu sebelum menikah bisa dikatakan saya ini kurus kering, ibaratnya kelihatan tulangnya, bahkan ada temen yang guyonan, andai saya jalan-jalan tidak pakai baju, bisa-bisa dikejar GUK GUK karena dikira tulang berjalan.

Setelah menikah berat badan saya tambah sekitar 10KG, dulu sekitar 65KG, sekarang menjadi 75KG, sebenarnya belum terlalu over sih, karena tinggi saya yang 175Cm.

Mengapa saya bisa tambah gemuk? saya sendiri heran dan kadang enggak percaya kok bisa. Tetapi mungkin karena sekarang ritme hidupnya teratur, makan teratur (bahkan teratur berlebihannya malah), yang berkebalikan justru olahraganya menjadi tidak teratur, karena saya tidak bisa berolahraga sebanyak dan sesering dulu dengan teratur.

Temen saya sekarang ada yang bekerja PP naik sepeda, tetapi memang kerjanya cuma di kota jogja saja, mungkin sekitar maksimal 10KM jaraknya, jadi sehari PP adalah 20KM naik sepeda. Irit bensin, dan dapet sehatnya. Saya inginnya seperti itu, tapi saya PP bisa 70KM dan naik turun gunung lagi, bisa-bisa makan 3 jam untuk berangkat saja, pulangnya mungkin bisa kurang karena jalannya turun gunung.

Yang sudah lama menikah dan masih belum gemuk juga, salut deh.

Menara / Tower / BTS bersama

Akhir-akhir ini saya sudah mulai melihat adanya pemakaian satu BTS selular untuk berdua atau bahkan sepertinya tiga operator sekaligus.

Sepanjang penglihatan saya, saat saya berangkat kerja lewat RINGROAD SELATAN tepatnya di Perempatan Pabrik Gula Madukismo, saya lihat di selatan RINGROAD barat perempatan, ada BTS XL yang dipasangi 4 tingkat antenna selular, yang teratas jelas punya XL, dari awal saya lihat BTS itu memang antenanya yang pertama ada ya seperti kebanyakan antena XL, biasalah dengan pegangan antena yang panjang-panjang.

Setahu saya AXIS itu gabung dengan BTS XL, jadi bisa jadi yang dibawahnya adalah antena AXIS, tetapi kok ada 4 tingkat antena ya? Mungkin XL punya tiga antena, satunya yang 900MHZ, lalu 1800MHZ dan satunya lagi yang 1900MHZ (3G).

Baguslah kalau memang antar operator selular bisa pada akur dengan sama-sama memakai satu BTS. Paling tidak akan mengurangi kepadatan tower BTS di suatu daerah. Sekilas saya hitung di sekitar pabrik gula Madukismo sudah ada sekitar 7 atau bahkan lebih tower BTS. Padet juga.

Kalau kasus di TV, dulu ANTV dan TPI itu towernya juga akur, satu tanah dan tower untuk ANTV dan TPI. Kalau di wilayah jogja yang punya tanah adalah ANTV, terus kalau di Semarang di Gombel, kalau tidak salah yang punya tanah adalah TPI. Tapi sekarang TPI jogja sudah gabung satu tower dengan GlobalTV, RCTI dan tv lokal MYTV, jadi satu tower untuk 4 TV.

Mungkin ini bisa ditiru BTS selular, jadi misal di seluruh pulau jawa yang menjadi pemilik BTS adalah XL, lalu sebagai perimbangannya yang diluar jawa yang menjadi pemilik BTS adalah AXIS. Jadi sama-sama kuat posisi tawarnya. Tapi saya sadar dan yakin enggak akan semudah itu.

Coba saja kalau dari dulu masing-masing PEMDA itu ngeh, misal dengan peraturan pemerintah daerah bahwa yang memiliki BTS harus PEMDA, entah gimana caranya (dan modalnya????). Jadi pemda bisa mendapat pemasukan dengan menyewakan tower BTS kepada operator selular.

Teknologi selalu berkembang, dan bisa jadi tidak seperti yang kita pikirkan saat ini, mungkin saja suatu saat BTS-BTS itu tidak akan terpakai lagi karena adanya teknologi telekomunikasi yang enggak butuh BTS banyak. Siapa tahu. Kita tunggu saja.

lomba volley ball pitulasan agustus

Beginilah enggak enaknya kalau di dusun sendiri tidak ada perkumpulan bola volley, selama ini saya main volley ngikut di dusun tetangga, ada tiga lapangan yang biasanya saya menggabungkan diri untuk main voly.

Volley di Brajan

Volley di Brajan

 

Saat pitulasan (tujuhbelasan) seperti sekarang ini, di desaku ada lomba volley antar dusun, karena aku pemain yang enggak punya klub di dusunku sendiri, terpaksa aku harus ikut salah satu dusun tempatku berlatih, ataupun bisa juga ikut dusunku sendiri walaupun beda pedukuhan, bingung kan. Dusunku memang wilayahnya terbagi menjadi dua pedukuhan, sebagian masuk pedukuhan VII, dan sebagian masuk pedukuhan VIII, rumahku sendiri masuk pedukuhan VIII, dan dusun yang kubela volley adalah dusun pedukuhan VII, di pedukuhan VII ini juga enggak ada klub volley, yang seneng volley juga ikutan gabung main di dusun tetangga seperti saya.

main Volley di kampung

main Volley di kampung

 
Alternatif lainnya bisa juga ikut dusun asal istriku, kebetulan saya PEKNGGO (ngepek tonggo/ dapet tetangga), sehingga aku dan istriku masih satu desa/kelurahan. Tetapi dalam undian ternyata dusun istriku langsung melawan dusunku yang pedukuhan VIII sehingga sungkan juga aku.
 
 

 

Nunggu giliran main

Nunggu giliran main

 

Sebenarnya sampai sekarang ini keputusanku belum final mau ikut dusun mana. Ikut manapun yang penting ikut memeriahkan pitulasan, mengingat nilai-nilai luhur perjuangan para pahlawan yang telah gugur membela tanah air.

25 Juli 2008

Akhirnya aku ikut dusunku sendiri, dusunku adalah dusun VIII, yang mempunyai 3 wilayah, yaitu Tiwir, Blendung, dan Papungan.

Ini jadwal tandingan vollynya:

Jadwal volly ball tujuhbelasan 2008 desa Sumbersari

Jadwal volly ball tujuhbelasan 2008 desa Sumbersari

 

Jadwal volly

Jadwal volly

 

Yang masuk final

Yang masuk final

 

Keterangan urutan tata pemerintahan.

1. Kabupaten = Bupati

2. Kecamatan = Camat

3. Desa = Kelurahan = Kepala Desa

4. Dusun = Pedusunan = Pedukuhan = Kepala Dukuh (bisa membawahi lebih dari 1 kampung)

5. Kampung

6. RW

7. RT

Mempetanyakan kebersihan piring dan cendok pedagang makanan

Beberapa hari yang lalu sempat baca di KR tentang tersebarnya penyakit Hepatitis A pada mahasiswa UGM, dan di sinyalir ini karena mereka jajan di tempat yang kurang hiegenis.

Berita itu entah betul entah tidak saya sendiri kurang tahu.

Yang pasti saya sendiri memang mikir panjang kalau jajan sembarang tempat, saya pribadi di rumah menerapkan standard yang agak tinggi disaat mencuci dan memakai perlatan makan, yang jelas piring cendok saya cuci tiga tahap. Pertama saat piring masih kotor, diguyur air dulu biar kotorannya bisa berkurang, setelah itu baru dicuci dengan sabun cuci piring, baru langkah ketiga di bilas dengan air yang mengalir dari kran. Selesai.

Saat mau saya pakai untuk makan, saya biasanya mengguyur dengan air matang dulu, baru saya pakai.

Kalu saya lihat di pedagang makanan yang dipinggir jalan, biasanya mereka mecuci peralatan makan hanya dengan tiga ember saja, yaitu ember kotor, ember sabun, dan ember bilasan. Tanpa dicuci dengan air yang mengalir dari kran, bisa anda bayangkan sendiri tingkat kebersihannya.

Jadi kalau mau jajan sembarang tempat, paling tidak anda ketahui juga standar kebersihan dan cara cuci peralatan makan mereka.

Musim panennya penjahit dan tukang cukur

Tahun ajaran baru adalah musim panenya para penjahit dan tukang cukur. Istri saya yang juga seorang penjahit, sampai nolak-nolak order, karena memang terbatasnya waktu dan tenaga untuk menggarapnya. Terus tukang cukur rambut di dekat kediaman saya juga laris manis, terlihat dari banyaknya motor yang parkir di depannya, yang saya yakin itu adalah para murid baru yang pada merapikan rambutnya agar besok senin tanggal 14 Juli 2008 saat masuk sekolah pertama kelihatan rapi dan keren.

Yang sedikit mengecewakan adalah seragam anak saya, istri saya sebagai seorang penjahit halusan (penjahit kain kebaya) melihat jahitan baju seragam anak saya yang memang dijahitkan rombongan dari pihak sekolah, karena jahitannya jauh dari bagus, akhirnya oleh istri saya baju seragam anak saya dibongkar lagi dan dijahit ulang.

Begitulah umumnya kalau jahitan seragam borongan, banyak jeleknya dari pada bagusnya, karena mengejar waktu yang mepet.

nambah CUCU

Cucunya bapak dan ibu saya baru dua, itupun dari saya semua, cewek dan cowok, dan Alhamdulillah kemarin jam 07:00 nambah satu cucu lagi, laki-laki, diperoleh dari anaknya adik bontot saya. Jadilah sekarang cucunya berjumlah 3 anak.

Adik saya kemarin sebenarnya sudah dijadwalkan operasi cesar pada hari senin tgl 14 Juli 2008, ini karena bayi dalam kandungannya agak bandel, enggak mau balik posisi kepala di bawah umumnya bayi mau lahir. Kemarin malam jam 01:00 rupanya adik saya sudah tanda-tanda mau melahirkan, langsung saja dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Jogja, karena memang rencananya bedah cesarnya di sana, dan akan dilakukan oleh dr. Ahmad Hidayat, seorang dokter ahli kandungan yang sudah berpengalaman, dokter Hidayat pula yang menangani kelahiran anak kedua saya, lima tahun yang lalu.

Alhamdulillah, di detik detik menjelang cesar, ternyata adik saya malah bisa melahirkan dengan cara normal, meskipun bayinya belum juga mau balik, sehingga yang nongol duluan adalah pantat si bayi, bukan kepala seperti pada umumnya. Jadi ketahuan lebih awal jenis kelamin si bayi, karena begitu nongol pantatnya kan kelihatan jenis kelaminnya.

Sebenarnya malam sabtu itu entah kenapa (mungkin kontak batin juga antar saudara) saya sendiri enggak bisa tidur, istri saya juga, terus adik laki-laki saya (kakaknya adik bontot saya yang melahirkan) juga enggak nyenyak tidurnya. Bahkan agak aneh juga, bahwa bapak saya sempat mimpi ada burung di sekitar rumah, dan ayah saya berhasil menangkapnya, tafsir dari mimpi itu rupanya paginya jadi kenyataan, yaitu ayah saya mendapat cucu laki-laki (karena berhasil nangkap burung tadi, burung kan sering di analogikan sebagai laki-laki). Pantas ketika ayah ditanya tebakan nanti cucunya laki atau perempuan, dengan yakinnya ayah saya menjawab laki-laki. Ayah saya sendiri baru cerita tentang mimpinya sekitar jam 10 siang saat saya sudah balik lagi ke rumah sepulang dari rumah sakit PKU. Ayah saya juga baru tahu punya cucu lagi sekitar jam 9 pagi. Maklum Ayah enggak pegang HP, tahunya malah dari paman saya karena paman saya telepon tentang kelahiran anak dari adik saya.

Tapi ibu saya justru tidur nyenyak, adik saya sempat SMS ke ibu, tetapi karena ibu buka SMS saat subuh, baru deh ibu ribut memberi tahu semua keluarga bahwa adik saya sudah mau operasi nanti jam 6. Setelah saya telepon suami adik saya, ternyata operasi cesarnya diundur jam 7. Eh waktu saya dan istri, juga adik laki-laki saya yang memboncengkan ibu saya, lagi dalam perjalanan, rupanya adik perempuan saya sudah melahirkan dengan normal sekitar jam 07:00, beratnya 2,9 gram dan panjangnya 47 cm.

Alhamdulillah.

Belum diberi nama.

Pemanjat TOWER

Bekerja sebagai transmitter engineer, maka mau tidak mau, suka tidak suka, suatu saat harus menjat tower juga, lumayanlah 112 meter ketinggiannya, nggak tinggi-tinggi amat dibanding tower TV yang ada di Jakarta yang bisa nyampai 200-400 meter.

 

Diatas Tower

Diatas Tower

 

 

Pada dasarnya saya dari kecil, sejak SD suka memanjat. Ada pohon sawo yang cukup tinggi di samping rumah, dan biasanya saya memanjatnya untuk mencari buah sawo yang matang, kadang juga hanya iseng saja, Pernah saat baru bisa membaca, saya naik ke pohon sawo sambil membaca buku keras-keras, hanya untuk pamer kalau sudah bisa baca buku.

 

Saya sebenarnya bukan pemanjat yang berani, kalau tidak merasa save, saya tidak berani manjat, manjat pohon kelapa, nyerah deh, karena pohon kelapa tidak ada ranting-ranting yang bisa untuk pegangan, beda dengan pohon sawo yang banyak rantingnya sehingga nyaman untuk pegangan.

 

Begitupun manjat tower, saya berani manjat karena memang merasa aman karena lewat tangga dan tangganya ada penahan di bagian belakang, jadi perasaan tidak takut jatuh kebelakang karena ada penahannya. Kalau naik tower lewat besi towernya saya enggak mau, mungkin kalau pakai sabuk pengaman sih masih bisa dipaksakan. Tapi Ngeri. Tetapi teman saya ada yang berani. Kalau saya terus terang enggak mau.

 

Setting splitter antenna

Setting splitter antenna

 

 

Naik tower itu harus fit benar badannya, karena memang berat, dan angin diatas tower itu kencang lhoh tiupannya, jadi sebaiknya memakai sweater atau jaket, akan lebih enak bawa bekal aqua dan makanan kecil, jadi nanti saat istirahat di atas tower bisa memulihkan energi. Sudah lama saya tidak manjat tower, tapi seingat saya untuk sampai di puncak 112 meter, paling tidak butuh 30 menit. Jadi PP bisa satu jam. Memang saya manjatnya, alon-alon waton klakon.

 

 

KLIPING KORAN DIGITAL

Teringat masa SMP dulu, pernah mendapat tugas kelompok untuk membuat kliping, tapi sudah lupa klipingnya tentang apa. Saat itu kalau tidak salah satu kelompok 5 orang. Membuat kliping adalah mengumpulkan bahan-bahan topic bacaan yang sama dari Koran (missal tentang Gunung Merapi), lalu digunting dan ditempel di kertas HVS, lalu dijilid jadi KLIPING.

 

Sekarang saya juga mulai hobby kliping lagi, tapi lain dulu lain sekarang, kalau sekarang kalau ada bacaan, iklan dll yang menarik di Koran, maka tinggal di foto saja pakai kamera HP SE k750i, lalu tinggal di pindah ke laptop menurut bidangnya masing-masing.

 

Simple dan menyenangkan, suatu saat butuh informasi tentang hal-hal tersebut yang sudah saya kliping secara digital, maka tinggal nyari saja di Laptop.

 

Anda tertarik, silahkan praktekkan.

mahalnya obat untuk penyakit stroke

Tadi barusan nganter mertua kontrol ke dokter spesialist stroke, maklum mertua kemarin terkena serangan stroke ringan.

Karena sudah ambil antrian dari siang, sehingga mendapat nomor pertama, jadi begitu datang langsung bisa diperiksa dokter. Setelah diperiksa ini itu, dan kelar, maka prosedur selanjutnya adalah menebus resep.

Kaget juga setelah diberitahu apoteker bahwa obatnya habis lebih dari Rp. 800ribu. Padahal cuma bawa uang Rp.600ribu, maka jadilah tetep bayar Rp.600ribu dan dibuatkan resepnya seharga Rp. 600ribu, kurangannya bisa ditebus beberapa hari lagi sebelum obatnya yang ditebus sekarang habis.

Kesehatan memang mahal.

%d bloggers like this: