Rupanya Gunung Merapi tadi padi tanggal 30 Oktober 2010 meletus lagi sekitar jam 01:16, saat saya tidur nyenyak. Dan baru tadi pagi saat bangun tidur dan melihat keluar, rupanya Merapi telah berbagi pupuk abu vulkanik yang Insya Allah akan menyuburkan tanah-tanah yang tertaburi oleh abu ini. Lumayan tebal, karena saat saya iseng menulis karya seni dengan jari-jemari saya, ternyata bisa sangat jelas terbaca.
Saya langsung kontak adik saya yang seorang dokter, yang kemarin sempat bertugas ke kawasan bencana merapi, saya minta masker, tetapi ternyata tidak punya, yo wis akhirnya istri saya langsung beraksi membuat masker darurat sebanyak tiga buah dari kain sapu tangan lalu dijahit diberi elastis, saya sendiri memakai masker yang biasa untuk naik motor.
Abu Merapi disekitar rumah saya lumayan tebal, sampai dedaunan terlihat berat menanggung bebam beratnya abu yang terkumpul di permukaannya, genting-gengting rumah dominan warna abu-abu, jalanan di sekitar rumah saya juga demikian adanya.
Saat saya mengantar anak-anak saya berangkat ke sekolah, terlihat cuaca gelap, ini saya yakin bukan karena mendung, tapi karena banyaknya abu di angkasa yang masih beterbangan. Saya sengaja mengambil ruter dari rumah saya lurus ke arah Gunung Berjo, jalannya lumayan sepi, karena jalan utama saya lihat rame sekali dan debunya beterbangan kena roda motor. Saya yang memakai helm full face TRX-R Honda, masih juga kelilipan. Sampai di sekolah anak saya, suasanya juga banyak debu beterbangan, pak satpam di pintu gerbang sudah memakai masker pula, tapi saya lihat di pelataran sekolah masih ada anak-anak SD yang tidak memakai masker. Debu di udara terbuka amat lembut dan hampir kasat mata, maka kalau tidak memakai bisa-bisa sakitnafas.
Pulangnya saya sengaja lewat jalur utama Perempatan Godean keselatan, duh jalan gelap kena abu yang beterbangan, untung penduduk yang ada dikanan kiri jalan ada yang berinisiatif menyiram jalan dengan air, ya cukup bisa meredam mubalnya abu kena roda motor. Saat saya belok kanan perempatan TUMUT, di depan ada mobil, dan benar-benar jalan tidak kelihatan, saya beberapa kali menyalakan lampu DIM, walaupun lampu utama saya selalu menyala, wah ada pengendara motor yang tidak menyalakan lampu, bener2 tidak septi sama sekali.
Saat nganter istri ke sekolah di jalan wates, yang merupakan jalan propinsi, kondisinya benar-benar parah, abu beterbangan dengan intensitas yang lebih hebat dari jalan yang relatif sepi, saya yakin banyak sekali orang kelilipan matanya meskipun memakai helem dan memakai masker.
Gunung meletus sebenarnya hal biasa, yang menjadikannya bukan biasa adalah kita orang-orang yang mungkin tidak mau dievakuasi dll. Ini adalah rahmat Allah, kepada bumi ini, bumi melakukan daur ulang, yang dari dalam perut bumi dikeluarkan, memberikan kesuburan, memberikan material pasir dan batu yang semua itu akhirnya akan bernilai ekonomis juga.
Kemarin tanggal 29 Oktober 2010, saat saya turun gunung dari pemancar, Gunung Merapi kelaihatan oleh mata telanjang dari lokasi Hargodumuilah atau Bukit Bintang Patuk Gunung Kidul, saya lihat merapi sedang melutus, ada wedus gembel turun di lereng selatan merapi, saya baru berhenti di sekitar bokong semar, lalu memotretnya, sekitar jam 08:46 pagi. Setelah itu merapi benar-benar hanya terlihat terselimuti gumpalan asap tebal bergulung-gulung.
Filed under: Relijius | Tagged: Abu merapi, letusan merapi, merapi meletus, wedus gembel | Leave a comment »
You must be logged in to post a comment.