Dari September 2001 sampai sekarang hampir September 2011 saya selalu naik turun Gunungkidul karena ladang saya memang disini. Tetapi belum pernah saya lewat jalur via Dlingo lalu turun ke daerah Wonolelo Imogiri Bantul. Pernah lihat statusnya mas KilauBiru lewat sana, saya jadi penasaran, dan beberapa waktu yang lalu saya coba untuk travelling santai lewat sana berbekal ancer-ancer arah dari satpam kantor saya.
Untuk mengetahui arah dan merakan jejak perjalanan saya, maka saya aktifkan aplikasi MY TRACKS di hp android samsung galaxy 5 milik saya, lalu hp saya taruh di atas setang dengan tas khusus yang saya buat sendiri. Minimal dengan aplikasi ini saya tahu arah kemana saya riding, arah utara adalah tracking searah dengan laju motor, arah selatan adalah tracking berlawanan dengan laju motor, arah barat trackingnya berjalan ke kiri, arah timur trackingnya berjalan ke kanan.
Pada kesempatan menyusuri jalan ini untuk pertama kalinya, saya belum sempat foto-foto, sekadar berlalu saja. Sehingga kemarin saya ulang lagi melewatinya, dan tiap ada obyek unik dan menarik sepanjang jalan, saya ambil gambarnya.
Jalan alternatif ini akan lebih enak dilalui oleh motor dari atas (Patuk, Gunungkidul) menuju bawah (Imogiri, Bantul, karena jalannya lumayan ektrim, saat saya lihat di rekaman jejak perjalanan saya di My Track, terlihat dari ketinggian 400 meter, turun ke ketinggian 90 meter, jadi menuruni bukit selisih sekitar 300 meteran. Untuk mobil sebenarnya juga tidak masalah asal hati hati saja, karena meskipun jalannya mulus, tapi tidaklah selebar jalur Patuk ke Piyungan yang merupakan jalur Propinsi.
Oke kita mulai.
Perjalan dimulai di perempatan Patuk Gunungkidul. Jika anda dari arah Wonosari, maka di perempatan ini anda harus belok kiri ke arah Dlingo, di perempatan Patuk ini ada Kantor Polisi Lalu Lintas, juga agak ke bawah sedikit ada Radio GCD, kalau anda belok kanan dari arah Wonosari maka akan sampai ke Desa Pemancar TV Ngoro-oro, tempat saya bekerja. Lanjut. Susuri jalan aspal utama, tidak ada jalan lainnya, nanti akan menemui SMP 1 Patuk dikiri jalan, dan terus saja, maka anda akan melintas di sepanjang punggung bukit, terlihat sesekali jalanan benar-benar di pinggir bukit, sehingga akan tampak hamparan sawah di bawah terlihat seperti kotak-kotak kecil beraneka warna.
Parjalanan akan banyak menemui BTS selular dengan banyak microwave besar-besar nangkring di towernya, mestinya BTS ini menjadi sangat vital karena menjadi backbone jalur komunikasi dari kota Jogja ke Wonosari. Ada pula antena kecil untuk radio komunikasi, sepertinya semacam relay, dan saya lihat ada satu tower khusus untuk keperluan internet, terlihat dari antenanya yang khas antena internet.
Lanjut terus, kalau saya lihat di My Track sebenarnya saya riding ke arah tenggara, tapi ya ikuti saja, akhirnya kita akan menemui bekas lokasi pemanar TV, saya sendiri kurang paham, mungkin bekas punya RCTI, karena dulu RCTI pertamanya di daerah Dlingo, bekas pemancar ini masih terlihat gedung dan towernya. Tetapi kosong dan merana. Karena smeua pemancar TV telah pindah ke Dusun Ngoro-Oro, Patuk GunungKidul.
Lanjut lagi, maka kita akan menjumpai hutan pinus ada di kanan jalan, hutan ini terlihat subur menghijau dan saya lihat ada orang menyadap getah pinus. Mungkin kalau hari libur bisa masuk untuk liburan disini, sepertinya asyik juga.
Setelah berhenti sejenak untuk ambil foto dihutan pinus, perjalanan saya lanjut ke lagi yaitu arah selatan sesuai jalan utama, saya menemukan Puskesmas Dlingo ada dikanan jalan, lanjut lagi akhirnya saya menemukan pohon beringin di tengah jalah, yaitu di sebuah perempatan, kalau ke Timur menuju TERONG, saya ambil saja kearah barat, alias belok kanan sembilan puluh derajat. Inilah titik dimana kita mulai tracking turun gunung dari ketinggian 400 meter menuju 100 meteran, tentu saja jalanan berkelok mengikuti alur bukit yang ada, juga untuk membuat jalan tidak menurun curam ektrim. Beberapa kali saya berhenti untuk mengambil foto.
Jalan ini lumayan ramai juga, bahkan terlihat motor suprafit saja berani naik lewat jalur ini, yang agak konyol pas say berhenti ambil foto, ada yang naik pakai suzuki RC boncengan membawa sekotak keramik yang besar, terlihat motornya ngos-ngosan dan berhenti istirahat di dekat saya berhenti, saat saya lewat dekat motor itu, tercium bau gosong 😀
Akhirnya perjalanan menuruni bukit sampailah pada tempat yang datar di bawah, ini sebuah perempatan, di peta namanya WONOLELO, saya ambil yang belok kanan, ini megarah ke barat persis menuju BAWURAN lalu menuju SEGOROYOSO dan akhirnya sampai di JALAN IMOGIRI TIMUR.
Setelah sampai di Jalan Imogiri Timur ini, maka tinggal ikuti saja ke utara, nanti akan sampai ring road di perempatan Terminal Giwangan. Tetapi jika ingin ke Bantul, maka anda harus ikuti Jalan Imogiri Timur menuju utara, lalu saat sampai di pertigaan PLERET, ambil belok ke kiri (barat) menuju Wonokromo, nanti akan melewati kios dan toko khusus onderdil/sparepart motor baik baru maupun bekas. Sampai di lampu bangjo (traffic light) pertama, ambil lurus saja, maka nanti akan melewati Stadion Sultan Agung Bantul di kiri jalan, dan ambil lurus terus maka akan sampai ke Jalan Parangtritis, sampai jalan Parangtritis ini ambil kanan (utara) akan menemui bangjo, lalu ambil kiri (barat) maka nanti akan sampai Jalan Bantul, sampai Jalan Bantul belok ke Kiri maka akan sampai ke Pusat Kota Bantul.
Selamat mencoba, apalagi saat musim mudik dan lebaran, jalur utama akan penuh sesak, tidak ada salahnya anda coba lewat jalur ini, tapi pastikan motor anda sehat, terutama remnya, juga ban dalam kondisi tidak gundul biar tidak licin.

Titik B di peta. Ini sudah kondisi jalan datar.
ini jalurnya jika dilihat via googlemaps
Filed under: Sepeda Motor, Travelling Tagged: | bawuran, dlingo, imogiri, imogiri timur, jalan bantul, Jalan Parangtritis, jalur alternatif ke bantul dari gunungkidul, kota bantul, patuk gunugkidul, terong, wonolelo
Sip
mantaaaaaap
banyak pemandangan alam kalo lewat sini,
ga bikin jenuh 😀
tanjakan cino mati…
oh ini yang disebut tanjakan cino mati itu ya? temanku pernah bilang tapi aku tidak tahu
wow, keren…………..kameranya nggarissss
mboh
[…] Jalur Mudik Wonogiri – Hadiyanta.com […]
“kalau ke Timur menuju TERONG, saya ambil saja kearah barat, alias belok kanan sembilan puluh derajat”
Coba lurus saja, gak usah belok kanan, nanti lewat Muntuk-Hutan pinus-Mangunan-makam raja-imogiri, jalanan lumayan ekstrim…
Lebih ekstrim lagi, lewatnya dari arah belok kanan tadi, mending ke timur, arah Terong-Temuwuh-pasar dlingo-Tugu peringatan (anggota dprd kecelakaan)-Mangunan-makam raja-imogiri…
Mantabs tuh lewat situ.
Atau lewat Playen-Getas-jembatan kali oyo (ekstrim turunan n tanjakan)-Dlingo
kalo tanjakan cino mati, ada di jalur Dlingo-pasar dlingo-Tugu/Cino Mati-mangunan…
Pokoknya nanti setelah pasar dlingo, ada turunan ekstrim banget n sempit trus ada jembatan lha disitu tugunya,habis itu naik lagi….mantabs pokokknya…
Sepi ya jalan nya..tapi enak niih kalau lewat jalan-jalan spt ini
Saya suka jalur ini, pernah keblasuk… Hihihi
besokj pagi saya akn coba yang tembus makam raja-raja imogiri
jalannya memutar kalo itu, sedikit … 😀
tulis mas… ditunggu di @mudikjoglo ya
kalo lewat jalan yg aku saranin itu, harus klakson ya bro…terutama turunan cina, atau setlah pasar dlingo…
jalan sempit, tikungan n turunan tajam…
kalau gambar jalur Playen-Getas-Dlingo-Mangunan-Imogiri ada gk brow.. aku pengen lewat..
aku pernah ke murtelu , wonosari lewat situ juga enggak ya. lupa aku, yg jelas nanjaknya bikin kaki gemeter ane aja gak berani nanjaknya kalau turun berani
http://orongorong.com/2015/05/18/apakah-suzuki-satria-fu-akan-naik-kubikasimenjadi-180cc200cc/
oh ternyata ada aplikasi khususnya toh biar bisa tau rute yang ditempuh…. :O
Dulu pas aku kkn di dlingo berangkatnya lewat patuk trus pulangnya lewat jl.dlingo-pleret (arah ke pleret) biar lebih cepet
hehehe