Celana gombrang atau celana kombor atau celana yang besar begitu saya sebut celana ini yang pertama kalinya saya beli kemarin di PAND’S.
Saat beli langsung saya minta potong sekitar 10 cm, sehingga saat saya pakai kainnya berada diatas mata kaki saya, mungkin orang orang menyebutnya celana congrang.
Sebenarnya saya juga membeli baju gamis panjang sampai kebawah, sehingga saat memakainya tidak perlu lagi pakai celana panjang. Kalau mau sholat tidak perlu pakai sarung lagi. Kelebihan baju gamis menurut saya saat ke kamar kecil, maka tinggal kita angkat keatas saja. Ini meminimalkan baju terpapar najis. Beda dengan celana panjang pada umumnya, saat kekamar kecil untuk kencing atau BAB, peluang kemungkinan terkena najis lebih besar. Apalagi celana panjang yang panjangnya sampai over dan terlalu pres ukurannya. Kalau bani jawi mungkin memodifikasi gamis menjadi baju biasa dipadu dengan sarung, sehingga kalau pakai sarung akan enak juga kalau mau ke kamar kecil atau mau BAB. Tinggal angkat saja sarungnya.
Oke kembali ke celana kombor. Celana saya ini ukurannya XXL, dengan ukuran pinggang 50 cm jadi kalau keliling berarti 100 cm. Sedang panjangnya adalah sekitar 85 cm. Celana ini tidak paki rit, tapi pakai tali, sehingga fleksibel asal diameter perut dibawah 100 cm pasti muat. Misal kita mendadak gemuk atau mendadak kurus, celana kombor ini tetap bisa dipakai. Beda dengan celana panjang umumnya yang pakai rit, harus diukur benar-benar lingkar perutnya agar pas, minimal tidak kekecilan, dan problem celana pakai rit adalah kalau perut gendut maka celana tidak lagi bisa dipakai. Kalau menjadi kurus akan tetap bisa dipakai tapi akan terlihat jelek.
Esensi dari pakaian adalah menutup aurat dan enak nyaman dipakai, indah dilihat. Tetapi seringkali kita terdoktrin salah dengan INDAH DILIHAT ini. Untuk keindahan kadang kala kita merelakan kenyamanan. Kadang pula kita jadi korban mode yang membuat kita merasa pede tapi sebenarnya sangat tidak nyaman dipakai.
Contoh saya dulu saat kuliah berambut gondrong, penyuka musik underground/metal, lalu saya ikuti juga gaya berpakaian para pemusik underground tersebut. Celana jeans belel dan bolong tapi celananya dengan ukuran yang fit mepet dengan kaki. Saat itu saya merasa keren. Tapi percayalah sungguh tidak enak pakai celana jeans mepet, terutama si otong akan terjepit dan sakit. Itulah demi MODE dan pingin terlihat KEREN tapi membuat tidak nyaman.
Jaman SMP sebenarnya saya juga sudah jadi korban mode. Entah kenapa dulu saat SMP modenya celana juga mepet fit ukuran paha. Saat SMP kami masih pakai model celana pendek. Kalau ada anak SMP yang pakai celana kombor akan diolok olok.
Saat SMA malah modelnya celana panjang kombor. Kalau ada anak SMA pakai celana mepet mepet dikatain tidak mengikuti mode.
Budaya kadang memang membingungkan. Tetapi jika kita kembalikan kepada tuntunan agama dan fungsionalitas. Maka berpakaian yang bersih, suci, memenuhi syarat minimal yang diminta oleh agama dan enak dipakai. Maka cukup sudah.
Filed under: Keluarga, Relijius Tagged: | celana besar, celana gombrang, celana kombor, celana yang enak dipakai, pand's
melu ah
Pinten regane?
sekitar 100.000
aku wis lewih kan 5 th nganggo kuwi , emang nyaman.
saiki nang ndeso ( gombong , kebumen) malah angel nek arep tuku nang ndi ? ora ngerti nggone….
nek nang bekasi akeh….