Kuliner sate kambing khas Blora

Salah satu makanan favorit saya adalah SATE KAMBING, maka kesempatan saat berada di kota BLORA ini saya mencari kuliner sate kambing.

Ketemu Warung Sate Pak Karmani, ini koordinat GPS nya jika anda mau juga mencoba kesini.

-6.973901,111.474782
Khas sate kambing Blora adalah ada 4 piring terdiri dari :

1. Piring berisi kecap dan sambal

2. Piring berisi irisan tomat

3. Piring berisi irisan jeruk dan brambang.

4. Piring berisi SATE KAMBING.

Kalau cara makan saya adalah ambil piring berisi kecap dan sambal, lalu tuang irisan tomat, irisan brambang, lalu kasih satu peras jeruk potong, lalu ambil 10 tusuk satu, lepaskan sate dari sunduknya dan campurkan jadi satu dengan bumbu tadi, lalu taburkan merica halus diatas campuran sate ini. Selanjutnya tinggal makan. 

Sate Blora ini akan terus direfill sama penjualnya sampai kita bilang CUKUP atau BERHENTI. Jadi nanti yang dihitung adalah bekas sunduk satenya. Satu sunduk adalah Rp. 4.000, nasi Rp.3.000, teh panas Rp. 3.000. Kami berenam habis hampir Rp. 300.000

Sate Blora ini di lidah saya, jika langsung dimakan tanpa bumbu, maka tidak enak, beda dengan SATE KLATHAK di Jogja yang jika dimakan begitu saja sudah kerasa enak karena ada bumbu garam dan bawang saat dibakar.


Gule kepala kambing

Warung sate kambing khas blora, satunya lagi yang saya cicipi adalah warung SATE KAMBING MUDA DAN GULE CIPTA RASA di Jepon, ke timur 1 km dari warung Karmani, ada di utara jalan. Kalau karmani ada di selatan jalan.

Menuju warung sate, riding pakai Ninja250


Piring Kecap dan sambal

Irisan tomat, brambang dan jeruk

Sate khas Blora

Biar strong

Kuliner khas BLORA, soto klethuk Pak Galo

Tidak elok rasanya saat berada di suatu kota, kita tidak ekplore makanan makanan khas dan terkenal di kota tersebut.

Begitupun saat sekarang saya berada BLORA, saya penasaran kuliner BLORA yang khas, akhirnya setelah browsing brosing, ketemu juga SOTO KLETHUK PAK GALO.

Kebetulan warungnya mudah dicari pakai googlemaps, dari hotel saya menginap tinggal ke utara, belok kiri sekali, lalu belok kanan sekali, sampai tujuan. Tepatnya di Jalan Sindoro, sebelah timur alur alun BLORA.

Saya sendiri penasaran dengan ASEM ASEM IGA SAPI, sementara rekan rekan saya yang lain pilih soto klethuk.

Warungnya ramai dan ini salah satu instrumen pengenal, bahwa warung ini memang terkenal dan enak.

Warung tampak depan

Menu menu yang ditawarkan

Untuk yang penasaran, bisa tracking koordinat GPS dibawah ini.

-6.969161,111.415054

Menu utama

Ada sate maras, sate kikil, dll

Suasana warung

Siap diracik dan disajikan

Inilah SOTO KLETHUK

Asem asem iga sapi

Nasi gandul juga ada

TV analog teresterial, berkacalah pada NOKIA

​Intinya begini lho kenapa kita harus segera beralih ke DVBT2.

Kanal tv analog saat ini adalah kanal 22 sampai 62 UHF, jadi jumlahnya ada 41 KANAL. Masing-masing kanal lebarnya 8 Mhz.

Untuk penyiaran digital teresterial memakai standard eropa yaitu DVB-T2 direncanakan hanya memakai kanal 22-48 UHF, jadi hanya memakai 27 kanal, sehingga sisa 14 kanal. 

Sisa 14 kanal ini disebut Digital Dividend  yang besarnya 112 mhz (14 kanal x 8 Mhz) ini rencananya kelak akan di pakai untuk BROADBAND, misal LTE.

Kenapa Digital Dividend ini mau dipakai untuk broadband? Karena menurut perhitungan, pada tahun 2020, akan kekurangan minus 500 mhz, utk broadband, yang menyebabkan layanan data akan mandeg. Bisa dipahami hal itu karena saat ini saja hampir semua orang sudah memiliki smartphone yang minimal untuk WA dan FB, belum lagi untuk instagram, path, dan tentu saja YOUTUBE yang memakan banyak data.
Youtube dan sebangsanya adalah alasan saya menulis ini, yaitu TV ANALOG jangan mengulangi kesalahan NOKIA yang mengabaikan kedatangan sistem android yang digratiskan kepada vendor perangkat keras HP. Akhirnya orang beralih memakai android, dan melupakan NOKIA, sehingga raksasa HP tersebut tumbang dimakan robot ijo android.

Sekarang ini bisa dilihat, anak muda akan lebih memilih asik dengam smartphonenya ketimbang nonton tv yang hanya disuguhi satu arah. Dengan smartphone maka anak muda akan bisa memilih video yang dia suka di YOUTUBE, satu satunya hambatan anak muda saat ini mungkin hanyalah mahalnya langganan data melalui operator seluler, tapi jika sedang dapat free wifi maka hal itu bukan masalah lagi. 

Artinya bahwa TV analog sudah mulai ditinggalkan anak muda dan juga generasi 40an tahun yang juga sudah melek smartphone. Jika tv analog tidak sadar diri dan merasa tetap hebat dengan menguasai kanal 8 Mhz sendirian dan hanya searah seperti saat ini, saya yakin suatu saat akan gigit jari sendiri, dilibas oleh para content provider tv digital yang bisa dilihat melalui streaming di smartphone.

Jadi contohnya begini, saya membuat program tertentu, dan orang orang harus berlangganan untuk bisa melihat program video bikinan saya ini melalui smartphone. Dan itu sudah terjadi. Cuma skalanya masih kecil, tapi saya yakin akan membesar.

Sebaiknya DVB-T2 memang harus segera berjalan, tahun 2017 kalau bisa analog off. Lalu teknologi tv digital teresterial ini juga dikembangkan interaktif dan integratif dengan sosmed yang sudah ada, misal FB, dan Twitter. 

Suatu saat lembaga rating yang selama ini menguasai jalannya tv dan iklan pun bisa jadi akan tumbang, karena di era digital, jumlah penonton bisa diketahui dengan interaksi dua arah, juga dengan bantuan sosmed.

Untuk isu bahwa sisa kanal akan dipakai broadband, menurut saya di seluler pasti akan ada juga teknologi modulasi yang akan membuat efisien penggunaan kanal, dan hebatnya mampu menampung jalur data lebih besar dan lebih cepat. 

Dan jangan lupa selular itu memakai frequency reuse, karena pada seluler,  jatah frekuensinya sudah ditentukan dan itu berlaku nasional dan digelar nasional, dan itu memang networknya digelar berulang, dengan pola tertentu sehingga tidak interferensi. 

Berbeda dengan pemancar tv yg misal TV A, jatah di Jakarta kanal 22. Jatah di Semarang kanal 35 jatah di Jogja kanal 42. 

Itulah bedanya operator seluler yang menguasai frekuensi untuk digelar nasional, tapi kalau operator pemancar tv adalah per daerah bisa beda beda kanalnya. 

Intinya saya mendukung percepatan DVB-T2, tapi saya MENOLAK SINGLE MUX, misal hanya diserahkan ke TVRI, karena yang kadung membeli dan menggelar pemancar digital dengan biaya yang banyak dan SDM yang banyak tentu akan rugi. 

Marilah kita buka wawasan, kita belajar dari sejarah, teknologi tidak bisa dilawan, dan undang undang akan selalu ketinggalan teknologi. Menghambat tv digital bisa jadi akan mengakibatkan kiamat data seluler, tapi masih ada jalur FIBER OPTIC yang bisa saja digelar oleh google misalnya, dan nanti digratiskan. Maka tv analog akan kiamat sendiri. 

Semoga bermanfaat.

Beginilah kira-kira jika MUX TV Digital Teresterial hanya dikuasai TVRI

Tadi pagi saya ikut acara TALK SHOW “INDONESIA GOES DIGITAL”, yang intinya tv teresterial analog saat ini harus pindah ke mode digital DVBT2, agar ada sisa kanal yang bisa dipakai untuk Broadband.

Lalu ada wacana bahwa MUX hanya dikuasai oleh TVRI, sehingga saya menjadi berpikir secara teknis kira kira apa yang akan terjadi di pemancar TVRI JOGJA jika jadi pemegang tunggal MUX.

MUX TVRI JOGJA

MUX TVRI JOGJA

  1. Sepengetahuan saya, satu pemancar digital mampu untuk 10 content, maka jika ada 100 saja content provider yang ingin siaran digital, maka TVRI perlu 10 pemancar digital. Pemancarnya memang kecil, ukuran lebar 60 cm, panjang sekitar 120 cm, dan tinggi 200 cm. Sehingga TVRI minimal harus punya ruangan yang bisa menampung 10 pemancar digital tersebut beserta HEAD END.
  2. Mungkin nanti panel antena pemancar juga harus ditambah jika semua pemancar di combine jadi satu, feeder juga perlu diganti yang besar.
  3. Atau mungkin nanti antena bertingkat untuk beberapa pemancar.
  4. Umumnya saat ini televisi dari dari Studio ke pemancar adalah lewat satelit, sehingga di TVRI perlu 50 parabola, atau mungkin beberapa parabola jika satelitnya sama. Sebagai gambaran, tiap pemancar tv analog saat ini, minimal punya dua parabola downlink untuk menerima siaran dari satelit. Satu parabola utama, satunya parabola backup, jika misal parabola utama terkena gangguan, misal kena petir lalu mati.
  5. Atau perlu microwave dari masing-masing studio lokal untuk di link ke pemancar, jadi mungkin nanti tower TVRI akan penuh Microwave yang bentuknya seperti kendang itu. Dan karena letak studio kebanyakan berada di  kota, alias hanya di salah satu sisi tower, maka nanti towernya akan keberatan microwave di salah satu sisinya.
  6. Petugas operator transmisi akan repot banget untuk memantau 50 tv sekaligus. Saya sering berkunjung ke pemancar yang dipakai oleh 2 atau lebih tv analog saja jadi pusing kalu harus mendengarkan suara masing masing tv yang dipantu dalam satu ruangan, apalagi 50 tv, pasti mumet.
  7. Jika ada siaran lokal yang perlu di play di pemancar, maka nanti operator juga akan sibuk sekali jika banyak content provider yang modelnya ada siaran lokal.

Sementara baru ini saya terpikirkan oleh saya, yang jelas jika memang singgle mux diserahkan ke TVRI, maka pemancar digital yang terlanjur dibeli oleh para pemenang mux digital dahulu akan mubazir, juga gedung dan tower semua tv analog akan tidak dipakai lagi. Pemain baru televisi yang enak, tiba tiba tinggal sediakan content saja lalu ikut mux sudah bisa siaran.

Lalu solusinya bagaimana?

Pemerintah sebaiknya hanya membuat aturan saja, yaitu yang sudah punya existing antena dan sudah exist siaran tv analog, tetap mendapat jatah MUX, dengan aturan misal

  1. Pemancar harus sekian KW, misal 5 KW.
  2. Hanya boleh 2 content dari holding yang sama dalam satu mux, lainnya harus disewakan.
  3. Sewa ditentukan oleh pemerintah, misal untuk 1 Mbit/s adalah 20 juta perbulan, jadi kalau pakai 4 Mbit/s maka sewanya adalah 80 juta perbulan.
  4. Mulai sekarang harusnya sudah multicast, yaitu analog tetap jalan, tapi pemancar digital juga jalan, ini ditentukan selama 2 tahun, maka pada 1 September 2018, pemancar analog harus OFF.
  5. Selama 2 tahun multicast, maka pemerintah mendorong industri televisi untuk memproduksi televisi yang include receiver DVBT2, dilarang membuat TV yang tidak ada receiver DVBT2. Kalau bisa pemerintah memberikan subsidi pada industri pembuat pesawat televisi ini.

Semoga bermanfaat.

 

Talk show INDONESIA GOES DIGITAL

Indonesia Goes Digital. Acara ini diadakan oleh Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan DECODE (Digital Media and Communication Research Centre), bertempat di Gedung University Club. UGM

Acara inti dipandu oleh Doktor Budi Irawanto.

Pembicara session 1 :

1. Hendri Subiyakto, dosen airlangga

2. Hardiyanto Saros, Dosen Binus. Ketua mastel
09:42 WIB  Bapak Hendri Subiyakto.

Penyiaran tv digital ada dua.

1. Digital teresterial

2. Digital berbasis internet

Keuntungan beralih ke Digital adalah : 

1. Frequency lebih irit, contoh satu tv analoh teresterial butuh 8mhz. Tapi untuk tv digital teresterial DVBT2 bisa dipakai kurang lebih 8 content tv secara berbarengan untuk satu kanal frekuensi.

2. Digital Dividend  bisa dipakai untuk broadband.

Komunikasi masa depan berbasis internet, tapi dahulu ITU membagi frekuensi berdasar kebutuhan saat itu bahwa frekuensi untuk komunikasi hanya sedikit jatahnya. 
Perkembangan teknologi HP, setiap 3 bulan ada 3 fitur baru di hp kita,  misal WA, bbm, fb, twitter, ini semua memakai frekuensi broadband.

Perkembangan frekuensi broadband di Indonesia pada 2016 = -157 mhz (minus 157 mhz)

Tahun 2020 = -500 mhz (minus 500 mhz), artinya jika tidak ada alokasi tambahan frekuensi pada tahun 2020 tersebut, koneksi broadband akan macet.
Kanal TV adalah  22-62 UHF, sehinga ada 41 KANAL
Untuk alokasi tv digital teresterial dialokasikan pada kanal 22-48 UHF, yaitu 27 kanal, jadi ada sisa efisiensi  14 kanal atau Digital dividend sebesar 112 mhz.
Untuk Kanal 28-45 (18 kanal Free To Air) dan kanal 46-48 cadangan FTA.

Sebenarnya dahulu 7 juta STB siap dibagikan untuk berjalannya DVBT2, tapi urung.

Problem DVBT2 problemnya HUKUM dan POLITIK.

09:59 Hardiyanto Saroso

Perkembangan teknologi tv

Analog

Digital

Sdtv

Hdtv

Uhdtv 4k

Uhdtv 8k

Interactive tv
Saat ini 4k sudah berjalan

Saat ini kecendurungan orang adalah menonton online.

Iklan ,:

22,8 % di online

4,7% di tv
Bisnis model kedepan, personal tv. Mau tidak mau broadband base menjadi backbone.
Ilmu marketing. Media plannernya bukan rating lagi.  

Yg kita perlukan adalah menuju kesana bagaimana?


TV DIGITAL? Lupakan STB, yang penting MULTICAST jalan dulu

Nampaknya geliat tv digital teresterial mulai kelihatan lagi didorong oleh kominfo dan TVRI. 

Menurut pandangan saya, hambatan tv digital bukan pada STB ( SET TOP BOX), tapi pada tidak konsistenya pemancar mux digital yang tidak konsisten on air. 

Ektrimnya, lupakan saja soal STB, pemerintah hanya perlu mendorong dan memberikan kepastian hukum agar semua mux yang sudah ada, untuk on air terus, misal mulai 1 September 2016. Artinya MULTICAST analog dan digital jalan bareng.

Bisa saja dibatasi multicast ini hanya berjalan 2 tahun kedepan, jadi 1 September 2018, pemancar tv analog harus OFF.

Saat multicast sudah berjalan, biarlah masyarakat yang akan memilih sendiri akan beli pesawat tv baru yang sudah include receiver DVBT2, atau mau sedikit ribet dengan beli STB.

Dengan cara ini maka pergantian ke tv digital akan berjalan alamiah, bahkan mungkin sekali nanti untuk kota kota besar, belum genab dua tahun multicast, ternyata masyarakat sudah punya pesawat tv yang dvbt2. 

Nantinya industri pasti juga akan berjalan dan bersaing sendiri memberikan produk produk pesawat tv yang include receiver dvbt2. Kepastian berbisnisnya bisa dipegang karena sudah wajib multicast. 

Bagaimana? Anda setuju?

Diskusi “Indonesia Goes Digital”, Kamis 1 September 2016 di Kampus UGM

​WARGA JOGJA!! Selama ini penasaran (dan ngeluh terus) soal perkembangan konten TV digital di Indonesia? Ini kesempatannya buat ikutan diskusi pakar penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia, Staf Ahli Menteri Bidang Media dan akademia Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Kemkominfo, bekerja sama dengan UGM, adakan diskusi “Indonesia Goes Digital” minggu depan, Kamis 1 September 2016 di Kampus UGM mulai 08.30 WIB


Acara ini GRATIS dan terbuka buat siapa saja yang ingin datang.
Sampaikan segala pertanyaan seputar acara di post ini

Indonesia RUN TO DIGITAL

Siaran Lokal TV bermanfaat bagi daerah dimana pemancar TV berada

image

Aturan siaran lokal adalah 10% dari jam siar, jadi jika stasiun televisi bersiaran 24 jam, maka harus ada siaran lokal 2,5 jam.

tvOne Yogyakarta mulai bulan April 2016 ini, mulai menyiarkan siaran lokal dengan dua materi, yaitu yang pertama adalah materi RELIGI, yang kedua adalah materi DOCUMENTARY.

Materi religi bentuknya tausiyah dari ustad dan ustadzah lokal jogja.

Sedangkan materi documentari adalah berupa wawancara tokoh dan juga tempat wisata dan kuliner di sekitar jogja solo.

Dengan adanya siaran lokal ini, maka potensi wisata dan kuliner di jogja solo bisa lebih terexpose, juga wawancara dengan tokoh tokoh di jogja akan bisa lebih mengenal budaya dan program kerja dari tokoh tokoh yang diwawancarai.

Semogo berguna.

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

Mencoba antena TV UHF TITIS

image

Sore 17 April 2016, saya ke Bantul silaturahmi ke mas Gora yang baru saja diberi tambahan titipan anak perempuan.

Pulangnya mampir toko PANTES pusat, untuk beli pakaian adat untuk kedua anak saya.

Jadi teringat pernah pesan antena TITIS ke mas Zulhanif yang rumahnya sekitaran BANTUL KOTA juga. Maka saya langsung BBM dan tak berapa lama, mas Zulhanif datang membawa antena TITIS yang saya minta. Jadi ceritanya ini COD nan.

Sudah lumayan lama mengenal mbah hanif di grup fb tv digital jogja. Tapi baru kali ini kita ketemu darat. Ternyata oh ternyata mbah hanif ini teman smp dan sma istrinya mas Gora. Dunia memang sempit saat kita mau silaturahmi.

Tadi juga istri saya di rumah mas Gora, ketemu juragan batik, padahal istri saya sedang kursus batik, jadilah perbincangan menjadi cair dan menyambung.

Benarlah bahwa menyambung tali silaturahmi memang mendatangkan rejeki, bukan sekedar rejeki uang lho.

Kembali ke antena TITIS, yang agak heran hanya namanya ini, TITIS ANTENA DIGITAL, entahlah setahu saya gelombang UHF yang dipakai tv teresterial baik itu analog atau digital adalah sama saja, hanya sebagi gelombang pembawa (carrier), jadi yang penting antenanya bisa menangkap gelombang UHF yang dipakai tv pada umumnya dari 22 UHF sampai 61 UHF.

Dan perlu diingat bahwa tv digital DVB-T2 saat ini pada tiarap pemancarnya. Jadi sebenarnya antena UHF tv ini bisa dipakai untuk menangkap siaran tv analog yang cirinya makin jauh dari pemancar, makin banyak semutnya, bisa juga untuk menangkap siaran tv digital.

Nanti sore antenna TITIS ini baru akan saya pasang. Untuk testimoni hasil tangkapan sinyalnya baru bisa saya tulis nanti malam.

Oh iya yang butuh antena ini bisa cari di tokopedia, mbah hanif menjualnya disini.

image

image

image

image

image

image

image

%d bloggers like this: