EDP TV ANALOG : TVKR

Hari ini adalah EDP tv analog nomer 13, untuk memperebutkan tiga kanal analog tambahan di Jogja, yaitu kanal 55, 57, dan 61.

Peserta terakhir ini adalah TVKR. Saya sebagai warga jogja, berharap bahwa tvkr bisa mendapatkan salah satu kanal analog tambahan diatas.

Siapa sih warga jogja yang tidak tahu koran KR, kalau tidak tahu maka kebangeten. Grup KR inilah yang berniat membuat krtv.

Saya membayangkan ada acara tvkr berdasar isi KR, misal SUNGGUH SUNGGUH TERJADI versi tvkr, lalu ada tayangan karya SH MINTARJA misal “API DI BUKIT MENOREH” dibuat semacam film berseri seperti mahabharata, lalu ada ibu Magdalena yang membuat acara tentang SDM TENAGA KERJA, dll. Banyak yang bisa digali oleh tvkr.

Yang menjadi pertanyaan apakah tvKR mampu untuk membuat acara tersebut? Jogja itu gudangnya sekolah dan gudangnya orang kreatif, salah satu contoh adalah ada MMTC yang meluluskan ahli ahli di bidang pertelevisian, dan ada beberapa llagi akademi broadcasting yang ada di jogja, tentu saja akan memudahkan tvKR untuk mencari SDM yang tepat sehingga bisa memproduksi siaran lokal yang berkualitas, karena tvKR ini berkomitmen menjadi tv lokal murni tidak berjaringan, dan konten siarannnya adalah 100% lokal.

image

image

image

image

EDP TV ANALOG : Gelora TV dan BBS TV 7

image

Ini adalah rangkainan EDP calon pemancar TV analog di wilayah Jogja-Solo untuk penambahan kanal analog 55, 57, 61 UHF. Total yang sudah EDP adalah 12 TV.

Tadi saya hanya menekankan usul bahwa kalau memang niat mendirikan TV maka harus mau pasang pemancar di Ngoro-Oro,Patuk, Gunungkidul. Yaitu di desa pemancar TV layanan area Jogja Solo. Butuh modal 4-5 Milyar untuk mendirikan pemancar TV, kalau point ini saja tidak bisa memnuhi, maka harus lapang dada jika kalah dengan yang lebih siap.

Penilainan dari segi pemacar jika 0-10 maka nilai 10 adalah punya tanah sendiri di Desa Ngoro-oro, lalu bikin tower 100 meter, install pemancar bagus yang 20 KW, punya genset yang bagus, punya UPS yang bisa backupa sebentar saat PLN mati dan pergantian ke Genset, dan tentunya karyawan yang berkualitas, minimal lulusan D3 teknik Elektro.

Jika 12 TV yang EDP ini dirangking secara pemancarnya, maka KPID DIY tinggal pertimbangkan saja point point penilaian seperti yang sudah saya sampaikan diatas. Jadi pemenangnya terukur secara teknis pemancar.

Ibarat mau lomba balapan motor 500 CC, kalau dari awal cuma punya motor 150 cc maka bagai mana akan bisa bersaing, yang ada hanyalah akan selalu dioverlap terus dan berulang. Maka penting dan harga mati untuk dari awal punya pemancar sendiri yang bagus. Berkacalaha pada kasus RBTV yang dulu di jalan Jagalan Jogja, lalu dulu juga RCTI, SCTV, GlobalTV, MetroTV sebelum tahun 2003 berada di Dlingo, maka penonton harus geser geser antena untuk melihat ke arah Dlingo atau arah Ngoro-oro, repot. Atau lihat TVRI VHF dan lihat RBTV saat di jagalan Jogja, maka harus lurus kearah antena di Jagalan atau di TVRI jalan Magelang. Repot.

Jadi saya sebagi orang teknik pemancar tentu mendukung yang siap mendirikan pemancar bagus di Ngoro-Oro, meskipun nantinya itu jadi pesaing TV tempat saya kerja juga, tapi ini kan fair, bersaing program acara, kalau dari awal pemancar jelek, radius 20 km sudah bersemut banyak, bagaimana mau bersaing walau programnya bagus. Ini sekarang terjadi pada ADITV, saya menyukai program acara cak Nun, tapi kadang menyebalkan ketika tiba tiba suaranya hilang, atau malah gambar hilang, atau malah pemancar mati karena listri PLN mati dan gensetnya ADITV tidak bisa backup.

Semoga nanti yang menang rebutan 3 kanal analog tambahan ini punya dana 5 milyar untuk membangun sendiri tower dan pemancarnya di Ngoro-Oro. Amin.

image

image

image

image

image

image

EDP TV ANALOG : TV TEMPO dan NET YOGYAKARTA

image

image

Hari ini kembali digelar EDP PEMANCAR TV ANALOG di KPID DIY, yaitu TV TEMPO dan NET YOGYAKARTA, sehingga total sudah 10 TV yang EDP.

Untuk TV Tempo, intinya TV ini akan kurang lebih sama bentuknya dengan TEMPO yang kita kenal melalui edisi cetak yaitu investigasi yang mendalam dan lengkap, akan tetapi nantinya tentu dalam bentuk tayangan TV audio video.

Sedangkan NET memaparkan bahwa akan melawan arus dengan tidak menayangkan misal gosip perselingkuhan dan kawin cerai artis. NET membuat acara yang jika ditonton tidak merusak budaya.

Kedua tv yang EDP hari ini menyatakan diri tidak berafiliasi dengan pengusaha media besar manapun dan tidak berafiliasi ke partai politik apapun. Mendukung pemerintah jika program pemerintah bagus. Mengkritisi jika program pemerintah tidak bagus.

Untuk NET sudah pengalaman mengelola TV selama dua tahun di Jakarta dengan 1.600 karyawan.

Kabarnya NET sudah survey tanah di Ngoro Oro untuk mendirikan tower dan penempatan pemancarnya.

Kedua tv ini adalah tv berjaringan tetapi bersedia membangun studio di kota Jogja.

image

image

image

image

image

image

image

EDP TV ANALOG : Blangkon TV dan Yogya Channel

image

Ini adalah rangkaian EDP oleh 12 calon TV ANALOG di KPID DIY untuk memperebutkan entah dua atau tiga kanal analog UHF tambahan, yaitu kanal 55, 57 dan 61.

Hari ini yang EDP adalah Blangkon TV dan YOGYA CHANNEL.

Tadi saya melihat paparannya untuk Blangkon TV katanya mau membuat tower TV di kota Jogja dengan ketinggian 75 meter. Acuannya adalah tinggi BTS di dekat tanah yang akan dibangun tower adalah 75 meter. Jadi dipandang tidak masalah.

Akan tetapi Blangkon TV mungkin belum tahu secara teknis bahwa kanal analog yang akan diperebutkan ini adalah untuk wilayah coverage Jogja dan Solo bahkan sampai Boyolali, Sragen, Karanganyar, Magelang, Muntilan dan Temanggung. Sehingga mau tidak mau harus memancar dari desa Ngoro-Oro, Patuk, Gunungkidul, tempat dimana semua pemancar TV analog dan digital area coverage Jogja-Solo berada.

Perkara tower dan gedungnya mau sewa kepada pemancar yang sudah ada atau mau beli tanah lalu dibangun sendiri, itu terserah saja. Tetapi sebagai gambaran bahwa untuk mendirikan pemancar sendiri dengan lengkap paling tidak habis 3-5 Milyar.

Sebagai gambaran harga tanah kisaran Rp. 750.000/meter.
Biaya pembuatan tower mungkin 500 juta sampai 1 Milyar.

Pemancar harusnya yang 20 KW dan sebaiknya jangan main main dengan pemancar yang belum terbukti kehandalannya. Untuk pemancar bisa 2-4 Milyar sendiri harganya.

Belum lagi membuat Gedung, beli Genset 200 KVA, beli UPS.

Jadi memang urusan membuat pemancar analog ini bukan hal yang ringan.

Ironi jika program siaran secara konten bagus dan menarik tetapi terkendala pemancar yang jelek sehingga diterima di pemirsa kualitasnya jelek banyak semut dan suara kemresek. Karena ini analog.

Sebenarnya saya salut pada paparan dari Blangkon TV karena menyasar budaya kepada generasi muda Jogja. Hanya saja perlu dipertimbangkan tentang letak pemancarnya.

Untuk Yogya Channel saya anggap biasa saja paparan EDP nya tadi tidak ada yang istimewa dari pada EDP tv sebelum sebelumnya.

Kedua tv analog ini tadi komitmen menjadi MURNI TV LOKAL.

Oke deh kita tunggu saja besok bagaimana hasil akhirnya. Karena masih ada EDP untuk 4 tv analog lagi pada hari Rabo dan Kamis besok.

TV digital bagaiman? Sudah ada 22 yang lolos EDP digital di KPID DIY, seharusnya ke 22 tv digital ini diwajibkan siaran dan sewa mux kepada 5 mux swasta. Harusnya era SIMULCAST sudah jalan, sehingga warga jogja yang ingin melihat tv berkualitas maka saya yakin warga akan rela membeli pesawat TV baru yang sudah include receiver DVB-T2 atau cukup beli STB kisaran harga Rp. 350.000

image

image

image

image

image

EDP TV ANALOG : KRESNA TV, Kompas TV, My Tv di KPID DIY

image

image

image

Hari ini kembali EDP untuk tv analog memperebutkan dua kanal tambahan. Total ada 12 calon pemancar tv analog yang EDP untuk memperebutkan 2 kanal tambahan analog.

Untuk hari ini ada
KompasTV
MY TV
KRESNA TV

Jadi sudah 6 tv ini yang edp dengan kemarin.

Sebenarnya belum jelas ada 3 kanal yang diperebutkan atau hanya dua. Tetapi secara teknis tidak bisa kanal 55, 56, 57 on air dalam satu area. Kanal 56 seharusnya untuk guard band.

Yang paling gigih adalah kresna tv karena ini tv angkatan ADI TV, nusa tv, tugu tv, kurang lebih sejak 2007-2008 berjuang untuk dapat IPP.

Kalau kompas tv saat ini sudah siaran nebeng kanal RBTV, juga sudah siaran digital DVB-T2di mux transcorp.

Ya sudah mari kita tunggu saja perkembangannya.

image

image

image

image

image

image

%d bloggers like this: