Perbedaan PCX 150 LED VIETNAM dengan PCX 150 LOKAL

image

Dudukan kaki posisi tidak dipakai

image

Dudukan kaki boncenger saat sudah dibuka

PXC 150 LOKAL yang diproduksi oleh AHM,  memang desain globalnya mengambil garis garis desain PCX 150 LED buatan Vietnam.

Tapi memang ada beberapa perbedaan, sebagai berikut :

1. Lampu depan walau sekilas mirip,  tapi ada perbedaan varian bentuknya,  tapi tidak terlalu keluar dari desain asli PCX 150 Vietnam.

2. Lampu belakang juga ada perbedaan yang menurut saya keduanya tetap enak dilihat.

3. COVER KNALPOT,  bentuknya berbeda.

4. Rem tromol pada PCX lama,  sudah diganti Rem cakram pada PCX LOKAL.

5. Dudukan kaki untuk boncenger,  sepertinya lebih bagus milik PCX LAMA.

6. PANEL SPEEDOMETER,  berbeda.

Untuk lebih jelasnya silahkan simak video saya dibawah ini,  dengan bintang tamunya adalah BRAMBANG,  PCX 150  LED buatan Vietnam,  warna merah,  milik saya pribadi.

image

Brambang

Apakah PCX 150 Lokal akan ada 3 varian?

Akhir akhir tahun 2017 ini memang santer berhembus AHM akan segera membrojolkan PCX150 Lokal, alias PCX buatan dalam negeri, karena seperti kita ketahui bahwa pada awalnya PCX 125 dan PCX 150 dibut di Thailand, lalu PCX150 LED seperti yang saya miliki sejak Agustus 2015 adalah PCX buatan Vietnam.

Sebenarnya dahulu istri saya pingin saya beli motor 250cc dua silinder yang sudah lama beredar, tapi saya pikir dalam-dalam bahwa saya tiap hari harus mengarungi jalan pulang pergi saja sekitar 70 KM, belum lagi kalau ditambah anter anak pagi kesekolah pakai motor juga, bisa 100 KM perhari saya pakai motor. Padahal pakai motor jenis sport dengan menempuh jarak kurang lebih 80 KM per hari tentu tidak nyaman, dan itu dipakai tiap hari.

Untunglah akhirnya saya pilih Honda PCX 150 LED warna merah, buatan Vietnam, yang akhirnya saya beri nama BRAMBANG, ini karena warnanya merah seperti kulit brambang (bawang merah). Akhirnya saya ketahui bahwa ini adalah piliha paling tepat bagi saya. Kenapa bisa begitu?

Pertama, dengan jarak riding kurang lebih 80 KM per hari, maka pakai PCX ini tidak terasa lelah, jelas akan lelah jika saya pakai motor sport 250 CC. PCX memang nyaman banget, getaran mesin hampir tidak terasa di body dan mengalir ke tubuh kita atau tangan kita. Posisi riding juga pas untuk badan saya yang 178 CM.

Kedua, iritnya PCX ini sangat keterlaluan, saya rata-rata bisa 52 km per liter, pakai pertamax, patokan saya tiap 300 km jarak tempuh, saya beli pertamax Rp. 50.000,- nanti berulang tiap 300 KM. Kalau belinya terlalu full, kadang pad memasukkan pertamax ke tangki PCX bisa muncrat, maka dari pengalaman saya, Rp. 50.000 mengisi per 300 KM adalah yang paling tepat, dengan harga pertamax saat ini. Memang ada kelemahan karena terlalu irit, kalau diajak naik gunung nanjak terlalu extrim, hanya bisa lali kisaran 30-40 kpj saja.

image

Konsumsi BBM per liter

Ketiga, PCX ini memang eklusif karena yang punya hanya sedikit, dibanding merek sebelah yang bentuknya mirip. Walau kadang kala dan bahkan sering dikira PCX ini adalah motor merek sebelah. Tapi akhirnya setelah diperhatikan dan dicermati baru sadar ternyata PCX dari Honda.

image

Jarak yang sudah ditempuh dari 6 Agustus 2015

Keempat, bentuk desain PCX memang terbukti makin lama makin enak dilihat, khas honda banget, saya tetap bangga dan suka dengan bentuk PCX saya, bahkan tidak ada modifikasi apapun di PCX saya, karena memang asline begini saja sudah keren dan enak dipakai. Kalau dimodif malah seperti tidak ada bedanya dengan merek sebelah.

image

PCX 150 LED made in Vietnam

Kadang saya sendiri heran dengan keputusan AHM yang terasa sangat telat dalam meluncurkan PCX lokal, padahal andai PCX Lokal hadir duatahun yang lalu dengan harga kisaran 25 smapai 30 juta, tentu orang tidak akan ragu-ragu memboyong PCX Lokal kerumah.

Dari berita berita yang saya tangkap dari angin yang berhembus dan dari dunia maya, bahwa ada kemungkinan PCX lokal ini akan diluncurkan dalam 3 varian berbeda, tentu saja bukan dalam hal stiker atau striping, karena PCX ini memang motor polos tanpa stiker, kecuali tempelan tulisan PCX150.

Varian pertama adalah PCX 150 Lokal standar injeksi berbahan bakar pertamax. Ini adalah PCX paling murah yang kemungkinan dijual di rentang harga tetap diatas motor sebelah selisish 2 atau 3 jutanan.

Varian kedua adalah PCX 150 Lokal Hybrid, yaitu mesin bensin dan listrik. Kebayang tidak ada motor hybrid? seperti juga mobil hybrid.

Varian ketiga adalah PCX 150 lokal full electric, karena PCX ini memang mengedepankan kenyamanan, bukan speed maka dengan adanya PCX bertenaga listrik ini tentu akan makin nyaman dikendarai.

image

Brambang

Kepanjangan PCX mungkin banyak juga yang belum tahu, yaitu PERSONAL COMFORT XALOON, mungkin arti bebasnya adalah motor yang benar benar mengutamakan kenyamanan, shock belakang empuk, dipakai lepas setang juga stabil sebagai bukti desainnya memang dibuat yang terbaik. Ditambah berbagai fitur unggulan yang saat itu belum disematkan di motor motor matic honda.

Jadi kalau anda mau membeli matic untuk kenyamanan, bukan untuk banter banteran, saya sarankan hanya satu saja, yaitu PCX150 LED, tapi kalau mau bersabar sebentar, tunggu saja PCX 150 Lokal. yakiinnnnn gak mau nunggu nih?

Kalau prediksi saya kemunkinan awal awal 2018 ini adalah saat meluncurnya PCX Lokal.

Jadi begini lho cara kerja rem CBS di PCX 150

image

image

Saya baru tahu cara kerja rem CBS pada PCX 150 saya setelah kemarin dijelaskan sama mas Indra, mekanik motor teman saya.

Piston rem cakram roda depan PCX 150 ada 3 buah. Satu buah paling atas untuk CBS, yaitu jika kita tarik tuas kiri saja. Dua buah piston yang bawah adalah rem tuas kanan saja jika kita tarik. Terlihat selang hidroliknya juga ada dua, yang selang atas untuk CBS, yang selang bawah untuk rem tuas kanan saja.

Penjelasannya sebagai berikut, ternyata saat saya mengerem hanya yang tarik handle rem kiri, maka CBS bekerja, yaitu satu piston paling atas yang berfungsi aktif mengerem, dan barengan dengan rem belakang tentunya. Perbandingan kekuatan ngeremnya adalah, depan 30% dan belakang 70%.

Saat handle rem kanan saya tarik untuk ngerem, maka dua piston paling bawahlah yang bekerja, tentu saja rem belakang tidak bekerja.

image

image

Jika handle rem kiri kanan kita tarik bersamaan, maka sistem CBS bekerja dan rem depan juga bekerja 100%. Pakem deh.

Rem PCX 150 ini pernah beberapa kali saya pakai saat darurat hampir nabrak, ternyata saat kedua tuas kanan kiri saya pakai bersamaan, motor saya langsung ngerem dengam baik, masih melaju dan tidak ada gejala membuang ke kiri atau ke kanan, sehingga tidak limbung.

Untuk urusan pengereman, saya memang percaya dengan kekuatan pengereman CBS pada PCX 150 saya ini, beda dengan rem pulsar UG4 saya yang saya sangat tidak yakin kepakemannya.

Tetapi memang JER BASUKI MOWO BEA, semua itu ada harga yang harus kita tebus. Kampas rem depan PCX ini yang asli harganya sekitar Rp.280.000,- sedangkan yang abal abal sekitar Rp. 180.000,- tapi saya percaya ONO REGO ONO RUPO. Yang asli pasti lebih baik.

image

image

image

Demikian sekilas info soal rem PCX saya. Bisa saja saya salah dalam menjelaskannya secara teknis.

Semoga berguna.

Membuat holder HP di honda PCX

image

Lighter PCX di bagasi kiri

Hari ini saya membuat proyek holder untuk HP di motor honda PCX saya. Saya sudah berusaha membeli holder HP untuk dipasang di motor yang sudah jadi bikinan pabrik, tapi tidak ada juga di toko toko asesoris hp di jogja.

Akhirnya kepikiran beli tongsis paling sederhana yang tidak ada kabel atau bluetoothnya dan saya tebus Rp. 25.000 di salah satu konter Jogjatronik.

Hari jumat saya sudah beli charger lighter di S-Cell dan mendapati merk hippo dengan harga Rp. 120.000 (garansi 2 tahun).

Lalu malam ini selepas isya, saya coba bikin HOLDER HP dari bahan dasar TONGSIS. Masih kurang satu bahan lagi yaitu bagaimana cara holder tongsis bisa terpasang di setang honda PCX saya. Akhirnya dapat ide ambil dari BEL SEPEDA milik anak saya yang sudah rusak. BEL Sepeda saya mutilasi lalu tongsis juga saya mutilasi, dan untungnya bisa klop masuk, lalu biar kuat saya lem dengan LEM G yang saya beli Rp. 6.000. Tapi saya salah prosedur ngelemnya kebablasan sehingga satu bagian mekanisme tongsis ikut kena lem sehingga tidak bisa digerakkan. Tapi tidak masalah dan saya buat paten holder hp terpasang kuat di setang honda PCX saya. Memang menghalangi pandangan ke panel dashbord PCX, tapi holder HP ikut belok saat setang belok jadi bisa juga melihat panel dashboard jika diperlukan atau mau memfoto panel.

Untungnya PCX ini ada lighter 12 volt 1 A, di bagasi sisi kiri. Maka untuk menjaga HP tidak kehabisan baterai, colokin saja charger lighternya.

Navigasi saat turing sangat membantu saya sehingga minimal tahu sampai dimana dan mau kemana. Saya memanfaatkan HP android mito A355 yang sudah tidak dipakai lagi, jadi HP ini khusus saya jadikan alat navigasi dan menyetel MP3 dan MP4 saja.

Semoga bermanfaat.

image

Dicoba sebelum dibeli

image

Beli lighter hippo di S-CELL tamsis

image

Harga Rp. 120.000

image

Isinya

image

Tinggal dicolok

image

Tongsis Rp. 25.000 di Jogtron

image

Tongsis dimutilasi

image

Disambung dengan bel sepeda

image

Terpasang di setang PCX

image

Matab untuk navigasi saat turing

image

Tidak kuatir kehabisan baterai

Impresi naik ALL NEW Honda PCX 150

image

KM di rumah 199 KM

Hari ini saya memakai PCX saya untuk kedua kalinya ke kantor. Sengaja saya pilih jalanan yang sepi, lebar dan aspalnya bagus (memang agak susah mencari jalan aspal jelek di DIY).

Rute yang saya pilih adalah dari rumah saya di Sleman selatan menuju Bangjo Sedayu di jalan Wates KM 10, lalu keselatan menuju PALBAPANG jalan Bantul, jalur Sedayu sampai Palbapang ini lebar, sepi dan aspalnya mulus sekali, saya bisa geber rata-rata 70 KPJ, memang jarang menyentuh 80 KPJ, karena angin dari selatan menerpa dada terasa sesak, maklum PCX saya masih standar, belum dimodif ganti winshield yang panjang. Sejujurnya naik PCX ini membuat saya menjadi mengantuk, karena memang nyaman sekali, saya tinggal muter gas dan kadang lorot gas, jarang jarang sih ngerem.

Saya masih halus-halus saja memutar tuas gas, saya buat pelahan, tidak menyentak, meskipun begitu dari berhenti sampai kecepatan 70 kpj bisa digapai dalam jarak tempuh sekitar 20 meteran. Pokoknya jalan 70 kpj itu terasa enak dan mesin masih terasa tidak bekerja keras.

Etape kedua adalah dari Bangjo PALBAPANG BANTUL sampai Bangjo BAKULAN jalan Paris, jalan lurus ke timur dan anehnya tadi tidak terasa malah jalan 80 KPJ, setelah saya pikir pikir, ternyata hambatan angin saat saya melaju ke timur, tidak sekeras ketika saya melaju ke arah selatan tadi. Tujuan saya beli PCX itu agar bisa jalan santai, ternyata santainya PCX itu dikisaran 70 KPJ.

Pada kedua etape diatas, gampang banget untuk mengejar motor motor didepan saya, dan menyalipnya. Memang enaknya matic itu jadi tidak terhambat kecepatannya gara gara harus ganti gigi.

Etape ketiga adalah Bangjo BAKULAN sampai hutan PINUS di Bantul, melewati Imogiri lalu naik menuju Mangunan dan belok kiri menuju hutan pinus. Jalan menuju Mangunan ini berkelak kelok namun mulus, enak banget PCX diajak kelak-kelok, tinggal miringkan badan saja, saya tidak berani ektrim miring di tikungan, karena takut nggasruk, eman eman kalau kena bodi, entah tadi sempat kena lubang dan berguncang, sepertinya standar tengah sampai terayun atau entah suara apa kena aspal. Pada tanjakkan yang lumayan panjang dan curam, saya lihat kecepatan masih bisa dikisaran 50 kpj.

Akhirnya saya berhenti di hutan pinus wilayang Dlingo Bantul yang masih sepi karena masih pagi. Foto foto sebentar dengan background hutan pinus yang menawan.

Etape keempat adalah dari hutan pinus menuju kantor, jalan juga mulus tapi agak sempit di beberapa tempat, dan tentu masih juga naik turun.

Akhirnya saya sampai di kantor jam 10:00, hampir 1,5 jam dengan berhenti sekitar 20 menit untuk foto foto, beli nasi padang bungkus di Patuk, dan berhenti untuk menerima telepon. Jarak yang saya tempuh adalah 52 KM, lebih jauh sekitar 15 KM dibanding jika saya lewat pusat kota Jogja dan lewat Blok O.

Flash back pada hari pertama saya memakai PCX ke kantor, saya lewat Piyungan-Patuk, jalanan naik saat pagi hari  yang padat, sehingga rata-rata hanya jalan 20 KPJ, dikecepatan ini baru terasa motor agak bergetar. Dan saat pulang kerja, kemarin juga lewat Patuk-Piyungan, terasa agak aneh saja biasanya pakai motor pulsar yang ada engine break, dan sekarang ganti PCX yang tanpa engine break, jadi agak aneh saja antara harus menjaga gas dan menjaga rem.

Untuk motor yang baru pertama kali saya pegang, rasanya saya cepat banget menyatu, terasa gampang memahami karakter PCX ini, tidak seperti saat saya pegang pulsar dulu, rasanya dahulu saya perlu sebulan lebih untuk menyatu dengan motor pulsar saya. Mungkin untuk PCX ini saya terbantu sering pakai honda beat milik istri. Tapi beda jauh lah rasanya naik beat dengan naik PCX. Penak okeh PCX.

Saran saya sih jangan pernah nyobain test ride PCX, nanti kalau kepingin bagaimana? Saya dulu juga belum pernah testride kok, langsung beli begitu saja.

Salam satu hati.

image

Bangjo Bakulan jalan Paris, 142 KM

image

KM saat di hutan pinus Bantul, 153 KM

image

Sampai di kantor, 171 KM

image

hutan pinus Bantul

image

hutan pinus Bantul

image

Hutan Pinus Bantul

image

Satu hati

image

mencari jalanan sepi

image

memang beda

image

mantab

%d bloggers like this: