Beginilah kira-kira jika MUX TV Digital Teresterial hanya dikuasai TVRI

Tadi pagi saya ikut acara TALK SHOW “INDONESIA GOES DIGITAL”, yang intinya tv teresterial analog saat ini harus pindah ke mode digital DVBT2, agar ada sisa kanal yang bisa dipakai untuk Broadband.

Lalu ada wacana bahwa MUX hanya dikuasai oleh TVRI, sehingga saya menjadi berpikir secara teknis kira kira apa yang akan terjadi di pemancar TVRI JOGJA jika jadi pemegang tunggal MUX.

MUX TVRI JOGJA

MUX TVRI JOGJA

  1. Sepengetahuan saya, satu pemancar digital mampu untuk 10 content, maka jika ada 100 saja content provider yang ingin siaran digital, maka TVRI perlu 10 pemancar digital. Pemancarnya memang kecil, ukuran lebar 60 cm, panjang sekitar 120 cm, dan tinggi 200 cm. Sehingga TVRI minimal harus punya ruangan yang bisa menampung 10 pemancar digital tersebut beserta HEAD END.
  2. Mungkin nanti panel antena pemancar juga harus ditambah jika semua pemancar di combine jadi satu, feeder juga perlu diganti yang besar.
  3. Atau mungkin nanti antena bertingkat untuk beberapa pemancar.
  4. Umumnya saat ini televisi dari dari Studio ke pemancar adalah lewat satelit, sehingga di TVRI perlu 50 parabola, atau mungkin beberapa parabola jika satelitnya sama. Sebagai gambaran, tiap pemancar tv analog saat ini, minimal punya dua parabola downlink untuk menerima siaran dari satelit. Satu parabola utama, satunya parabola backup, jika misal parabola utama terkena gangguan, misal kena petir lalu mati.
  5. Atau perlu microwave dari masing-masing studio lokal untuk di link ke pemancar, jadi mungkin nanti tower TVRI akan penuh Microwave yang bentuknya seperti kendang itu. Dan karena letak studio kebanyakan berada di  kota, alias hanya di salah satu sisi tower, maka nanti towernya akan keberatan microwave di salah satu sisinya.
  6. Petugas operator transmisi akan repot banget untuk memantau 50 tv sekaligus. Saya sering berkunjung ke pemancar yang dipakai oleh 2 atau lebih tv analog saja jadi pusing kalu harus mendengarkan suara masing masing tv yang dipantu dalam satu ruangan, apalagi 50 tv, pasti mumet.
  7. Jika ada siaran lokal yang perlu di play di pemancar, maka nanti operator juga akan sibuk sekali jika banyak content provider yang modelnya ada siaran lokal.

Sementara baru ini saya terpikirkan oleh saya, yang jelas jika memang singgle mux diserahkan ke TVRI, maka pemancar digital yang terlanjur dibeli oleh para pemenang mux digital dahulu akan mubazir, juga gedung dan tower semua tv analog akan tidak dipakai lagi. Pemain baru televisi yang enak, tiba tiba tinggal sediakan content saja lalu ikut mux sudah bisa siaran.

Lalu solusinya bagaimana?

Pemerintah sebaiknya hanya membuat aturan saja, yaitu yang sudah punya existing antena dan sudah exist siaran tv analog, tetap mendapat jatah MUX, dengan aturan misal

  1. Pemancar harus sekian KW, misal 5 KW.
  2. Hanya boleh 2 content dari holding yang sama dalam satu mux, lainnya harus disewakan.
  3. Sewa ditentukan oleh pemerintah, misal untuk 1 Mbit/s adalah 20 juta perbulan, jadi kalau pakai 4 Mbit/s maka sewanya adalah 80 juta perbulan.
  4. Mulai sekarang harusnya sudah multicast, yaitu analog tetap jalan, tapi pemancar digital juga jalan, ini ditentukan selama 2 tahun, maka pada 1 September 2018, pemancar analog harus OFF.
  5. Selama 2 tahun multicast, maka pemerintah mendorong industri televisi untuk memproduksi televisi yang include receiver DVBT2, dilarang membuat TV yang tidak ada receiver DVBT2. Kalau bisa pemerintah memberikan subsidi pada industri pembuat pesawat televisi ini.

Semoga bermanfaat.

 

%d bloggers like this: