Alhadulillah saya mewakili KOBOYS menjadi satu dari 5 blogger untuk melakoni test turing Honda New MegaPro untuk rute dari Semarang sampai Jogja. Sejak hari Jum’at sore saya sudah berada di Semarang, dan Sabtu pagi dengan diatar oleh Bro Dhuwur, Lingga dan Sudar Adp, saya sudah tiba di DP MALL yang lokasinya dekat dengan Lawang Sewu.

Lingga-Hadiyanta-Sudar Adp. KOBOYS > one heart

bro Dhuwur yang nganter saya pake meong 😀

Suasana DP MALL
Suasana masih sepi, tapi persiapan acara turing sudah nampak dengan adanya poster-poster dari Honda New MegaPro (NMP). Sambil menunggu mas Taufik, mas Tri, Bang Edo, bro SL dan Pak Tedy dari AHM maka kami mengisinya dengan berfoto-foto dahulu.
Ternyata acara pameran NMP ada di dalam DP mall, setelah pintu dibuka kami segera masuk kedalam, disini sudah ada beberapa unit NMP yang dipajang, dan inilah kali pertama kami ngelus-elus NMP secara langsung, mencoba menaikinya dan melihat-lihat beberapa fitur yang diunggulkan oleh NMP.

Suasana pameran di DP mall

nyoba posisi setang NMP di pameran DP mall

bro Lingga

Sudar Adp, wangun tenan numpak NMP 😛 kasih jempol pula 😀

Bro Dhuwur, kalo kayak gini numpakke layak nunggu Honda 250 keluar.
Sekitar jam 11, rombongan blogger dari Jakarta datang, kami langsung berbincang akrab, dan itulah kali pertama untuk kami (Sudar, Lingga dan saya) berjumpa dengan mas Triatmono juragan rondo :-D, untuk ini ada cerita tersendiri nantinya.

NMP yang barusan tiba dari Tegal
Jam 11:12 rombongan turing NMP yang rute Tegal-Semarang akhirnya sampai, kami keluar sebentar untuk menyambutnya, setelah itu kami masuk lagi, eh kok ada yang heboh, ternyata juragan rondo telah menemukan makluk cantik bergaya di atas NMP, tidak lupa tentunya juragan rondo untuk pose bersama sang model, dan hal ini menjadi bidikan rame pula bagi para blogger dan wartawan yang hadir di DP mall.

Juragan Rondo dan Celengan
Setelah makan siang, dilanjutkan acara serah terima simbolis dari para rider yang mewakili media kepada para blogger, dengan penyerahan jaket yang nantinya wajib dipakai untuk turing. Setelah itu kami diberikan briefing untuk kelancaran dan keselamatan selama nanti turing dari pihak AHM dan dari salah satu brader dari klub MegaPro Semarang. Rampung itu kami mendapat pengumuman bahwa untuk blogger nanti ada dibelakang rombongan klub MegaPro yang berjumlah 9 orang dan blogger mendapatkan motor dari nomer 10-11-12-13-14, nomer 10 dipegang Mas Tri, sedangkan bang Edo dapat nomer 11, saya kebagian nomer 12, mas Taufik mendapat nomer 13 dengan warna kebesarannya MERAHMARUN, dan bro SL mendapatkan nomer 14. dan nomer 15 dipegang bapak Kesawa dari AHM.

Penyerahan jaket

Media dan blogger foto bareng setelah serah terima
Wah geli juga saya, kemarin dah posting gimana riding dengan motor yang punya rem cakram di belakang, lha kok ternyata saya malah mendapat motor NMP tromol dengan pelek ruji-ruji (spoke well). Yo wis rapopo malah cocok dengan pengalaman riding sehari-hari dengan BC saya yang tanpa rem cakram di belakang juga :-D.
Kami semua memakai Jaket dan Helm yang sama yang diberikan oleh AHM, juga diberikan pelindung dengkul untuk menjaga kemungkinan cidera bilamana nanti jatuh saat naik NMP. Rombongan turing dibuat jejer dua-dua dengan urutan 1+2, 2+3 dst sehingga saya ada di grid ke enam dengan bang Edo yang ada disamping kiri saya, mas Tri nomer 10 ada didepan saya, Bro SL ada dibelakang saya, dengan mas Taufik ada disamping kiri bro SL. Mas Tri persiapannya agak lama karena harus masang kamera di setang kirinya, juga kamera yang ada di kacamatanya. kereeeeeenn!!!.

nah ini dia motorku (sumber : infomotorbaru.blogspot.com)
Saat mencoba naik NMP ini, kesan pertama saya adalah sebuah motor yang bobotnya ringan menurut saya, terus saat naik di jok nya jelas banget saya turah-turah sikil alias tidak “dingklik detected”, NMP dengan setang yang tinggi khas motor turing menjadikan posisi tubung saya hampir tegak 90 derajat, nyaman juga dengan posisi ini, karena biasanya saya agak nunduk jika nyemplak BC, motor harian saya :-D. Pertama kali saya coba tingkah laku tuas koplingnya, dan menurut saya ini sangat enteng ditarik-tarik, sehingga untuk turing dengan jarak agak jauh, tentu tidak begitu melelahkan bagi tangan kiri untuk narik ngoplang ngopling sepanjang jalan. Terus urusan rem menjadi perhatian utama saya juga, saya coba rem cakram depan, dan gak usah diragukan lagi, PAKEM deh. Lalu rem belakang pakem juga, namanya juga motor kinyis-kinyis kok, tentu remnya masih optimal bekerja, lagi pula saya memakai safety shoes untuk riding NMP ini, dan sepatu ini dengan bentuknya yang kokoh dan agak berat, sangat membantu saya saat menginjak tuas rem belakang sehingga tidak perlu tenaga ekstra dan tidak menyakitkan bagi telapak kaki kanan saya, dan ini terbukti saya pernah sekali panic breaking, karena saya kira Mas Tri yang didepan saya narik, jebulno konstan, saya rem mendadak depan belakang dan langsung cieeeeetttttttt kedua roda bisa mengerem dengan sempurna menggaruk aspal mendecit suaranya, dan alhamdulillah tidak menyebabkan celaka bagi rombongan turing.
Jam 12:20 rombongan turing NMP akhirnya dilepas dari Semarang, wah awalnya saya agak kagok juga dengan tuas pemindah gigi yang berbentuk klasik ada tuas depan untuk diinjak sepatu bagian depan dan tuas bagian belakang untuk ditekan sepatu bagian belakang, dari pada repot, maka saya tetep hanya memakai yang tuas depan saja, layaknya saya biasa memakai BC saya, agak malu juga sempat 2 kali saya tidak sengaja malah mlorot gigi sehingga mesin menjadi meraung wah jian ngisin-isini tenan.

perlu penyesuaian dengan tuas oper gigi yang seperti ini.
Khas jalan diperkotaan, apalagi kota besar seperti semarang banyak motor, mobil dan truk besar yang melintas siang itu, sehingga walaupun jalan sudah dibuka oleh polisi tapi tetap saja hanya berjalan lambat sekitar 30-40kpj saj di perkotaan saya hanya memakai gigi 1 dan 2 saja, biarin rpm tinggi, hajar bleh mesinnya. Mesin NMP ini saya akui enteng dan responsif, tidak ada gejala ngeden saat jalanan naik pertama kali, kalau tidak salah di wilayah Gombel di sekitar komplek pemancar TV dan seluler yang tanjakannya lumayan tinggi.
Kalau ada kekurangan dari standar penilaian saya adalah goncangan saat jalanan jelek agak lebih terasa efeknya, ini terjadi di tanjakan Bawen, dalan nanjak kok pating gronjal, NMP jadi mendal mendul melibas jalan ini, saya rasa ini karena busa pada jok nya yang kurang kandel, alias kurang tebal, tapi kayaknya susah kalau harus ditebalin lagi, karena nanti posisi riding juga akan berbeda tentunya. Sebenarnya ini relatif kok, jika dibandingkan saat naik bebekku suprafit, ya tentu masih nyaman melibas gronjalan dengan NMP, tapi sejujurnya jika dibanding dengan BC saya yang beratnya minta ampun, masih lebih halus getaran goncangan BC dari pada NMP, tapi bagi anda yang belum pernah naik BC tentu tidak akan bisa membedakannya. Apalagi bagi para bebeker yang beralih ke NMP tentu ada memori enggak enaknya melibas gronjalan memakai bebek, dan akan seneng dengan kinerja NMP yang lebih baik saat melibas gronjalan, jadi untuk parameter satu ini adalah tergantung dari pengalaman pribadi masing-masing biker saja.
Jalan yang dipilih adalah Bawen ke kiri jurusan ke Salatiga jalanan sudah agak lancar disini, kami sudah bisa mencoba untuk ngegas agak pol, sampai di kota Salatiga kami belok ke kanan ke jurusan Boyolali, seingat saya kalau lurus nantinya sampai Kopeng, sebenarnya kalau bisa memilih, saya piling jalur Kopeng ini, nanti tembus ke Magelang, enaknya jalur Kopeng ini adalah jalanan naik turun dan agak menantang, tapi yo kepiye meneh, manut rombongan lah. Akhirnya rombongan sampai di pertigaan kalau kekanan kearah SELO, lagi-lagi ini adalah jalur bagus menurut saya, jalur disela-sela antar Gunung Merapi dan Merbabu, saya pernah lewat disini dari terminal magelang naik mobil pickup, saat itu mau naik ke gunung Merapi, sebenarnya di SELO bisa memilih naik ke Merapi atau ke Merbabu karena memang bener-bener disela-sela kedua gunung ini letak SELO. Jalurnya naik turun kadang kabut dan dikiri kanan jalan ada jurang diselingi perkebunan tembakau, kadang bisa menemukan para petani tembakau yang lagi “meramu” pupuk kandang dengan santainya. Oke lupakan jalur ini, lha piye kan tetep manut rombongan :-D.

Panel NMP saat belum di ON kan

Saat berhenti di daerah Boyolali

ini BC saya, silahkan menilai sendiri 😀
Akhirnya kami berhenti sebentar di Boyolali untuk minum agar tidak dehidrasi, saya langsung paksakan habis seprapat liter air mineral. Yang doyan udud tidak menyia-nyikan waktu berhenti kisaran 10 menit ini untuk udud.
Rombongan kembali berjalan, akhirnya sampai di Kartosuro, ambil belok kanan sudah masuk ke jalan Jogja-Solo, disinilah kami akhirnya bisa sedikit memaksa secara maksimal untuk masalah speed motor, captain road memberikan kode-kode untuk tarikan motor, kadang rombongan kadang dua-dua menurut grid masing-masing, tapi biasanya kami yang grid belakang langsung ngikut narik saja. Dari awal saya katakan, bahwa saya biker kebanyakan, biker biasa yang gak ngerti-ngerti banget masalah mesin, sing penting ditunggangi penak, mesin ora mrebet, ditarikke lancar, wis itu dah nyaman bagi saya 😀 Untuk urusan gas pol ini, badan kudu nunduk kayak fotonya Dhuwur diatas.
NMP ini menurut saya memang ada limiternya, sayang saya kurang hapal dah masuk gigi berapa, tapi kayaknya gigi 3, RPM saya tarik sampai 9000 di redline, tapi mesin langsung nglimit nurunkan kecepatan dewe, yo wis langsung ganti gigi lagi, tarik lagi, dan saya hanya mendapatkan kecepatan 110KPJ dengan tuas gas wis mentok ora iso ditarik maning, itupun hanya saya lihat sekilas, karena saya kawatir kalau melihat terlalu lama misal kecepatan dan RPMnya maka motor didepan ada yang ngerem kan bisa gawat. Nah ini menurut saya panel indikator kecepatan cuilik timen rek, dadi susah melihatnya, lagi-lagi saya bandingkan dengan punya BC saya yang kayaknya besar dan sekali lirik dah bisa ketahuan angkanya. Mbuh ah yen iki selera saja, dan tergantung mata anda dewe-dewe.

apakah limiternya ada di komponen tersebut?
Kami tarikan sangat terbatas jaraknya, baru beberapa detik top speed dah nglorot gas lagi, jian rodo kecewa juga tidak bisa narik agak lama, dan tahu sendiri bro sekalian, karena posisi ridernya yang tegak hampir 90 derajat, maka saat tarikan mayoritas ridernya harus nunduk habis untuk mendapatkan tampekan angin yang minimal, biar tidak nabrak angin secara frontal. Tapi menurut saya yang pengalaman turing dengan BC ke Madura, mending kita jalan secara rata-rata 60-80 saja, nyaman dan terkendali, ngapain juga turing banter-banteran, malah ora iso menikmati pemandangan alam disekitar jalan, turing itu bukan sekadar untuk sesegera mungkin sampai tujuan, tapi menikmati perjalanan sepanjang jalan adalah lebih nikmat kalau menurut saya. Dan untuk NMP ini kalau jalan 60-80KPJ nyaman-nyaman saja, terasa masih nyantai, dan tidak melelahkan. Yen pingin banter yo tuku motor sing luwih banter wae.
Akhirnya kita masuk Jogja kisaran jam 15:30, saat di depan AMPLAZ kita terjebak macet, karena memang jalanan ramai sekali dan ada mobil molen guedhi, jadi agak susah menyingkir, tapi malah bagus juga, karena orang-orang bisa menyaksikan rombongan NMP lebih lama dan lebih dekat. Jadi waktu tempuhnya sekitar 3 jam karena kita berhenti di Boyolali sekitar 10 menitan. Kalau pengalaman saya dari rumah saya di Sleman paling kidul menuju Semarang di daerah Pedurungan, jarak tempuhnya sekitar 120KM, jadi kalau rute turing NMP ini saya kira sekitar 140KM karena rutenya yang memutar, sayang sekali saya kok ya lupa motret posisi awal spedometer di Semarang dan posisi akhir di Jogja, lhah baru pertama di rombongan turing kayak gini, jadi lupa deh. Tapi kalau dari pihak AHM ada kok data saat di Semarang motor saya KMnya berapa, saat di Jogja KMnya berapa, semuanya dah dicatet oleh petugas dari AHM. Yang jelas saat di Semarang posisi bensin FULL dan sampai di Jogja Indikatornya hanya hilang satu strip paling atas, rasanya kok ngirit juga. Indikator bensin ada 6 stip, kalau kapasitas tangki NMP adalah 12 liter, mungkin bisa dianggap kira-kira satu strip 2 liter. Tapi mungkin benar mungkin salah, yo wis untuk aman-nya saya ambil data resmi rilisan dari AHM saja 😀

email dari pak Kesawa (AHM)

Saya tiba di Jogja, dengan salam K = KOBOYS (foto by KB)

Jogja

Biker selanjutnya yang meneruskan dari Jogja ke Solo

Jaket Turing NMP
Demikianlah pengalaman saya turing NMP dari Semarang menuju Jogja, dengan rute jalan memutar ambil Salatiga dan Boyolali lalu ke Jogja, kesimpulannya bahwa naik NMP untuk turing memang pas, baik dari segi posisi riding yang tidak menunduk, dibawa ngebut juga bisa sampai 110KPJ, rem depan belakang yang pakem (jangan lupa aku pake tromol belakang lho), mestinya yang cakram belakang lebih pakem lagi kan. Tapi kalau enak saya rekomendasikan jalan santai kisaran 60-80 saja, ra usah ngoyo, riding sambil menikmati salam sekitar kita. Untuk dipakai di perkotaan juga enak, karena saat macet pun untuk narik tuas kopling enggak beitu berat, dan kalo macetnya lama, ya mending dinetralkan saja giginya. Mesinya yang responsif juga enak untuk sliwar-sliwer di perkotaan dengan didukung bodynya yang tidak sebesar Tiger, dan juga motornya yang enteng, pas lah kalau untuk perkotaan atau perdesaan atau sekali-kali pingin turing, karena apa memang anda mau turing terus tiap minggu, enggak lah.
Like this:
Like Loading...
Filed under: AHM Honda, Koboys, Sepeda Motor | Tagged: jogja, konsumsi bensin new megapro, NMP, semarang, test ride new mega pro, testride NMP, Turing New MegaPro | Leave a comment »
You must be logged in to post a comment.